Harta Emas-Berlian Era Soekarno Ditemukan Dekat Jakarta

by -239 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Pembicaraan mengenai harta karun di Indonesia selalu menarik. Salah satunya adalah tentang harta karun dari masa Orde Lama atau kekuasaan Presiden Soekarno yang ditemukan di perbatasan Sukabumi dan Bogor pada tahun 1946.

Bagaimana ceritanya?

Kisah ini dimulai pada pertengahan tahun 1946 ketika pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengamankan daerah perbatasan bernama Cigombong yang sebelumnya ditempati oleh pasukan Jepang. Saat melakukan pengamanan dan penggalian lahan, tentara secara tidak sengaja menemukan sebuah peti yang sangat besar. Peti tersebut kemudian diserahkan kepada komandan brigade TNI, Letnan Kolonel Alex Evert Kawilarang.

“Kami pernah menerima sebuah peti yang pada awalnya kami kira berisi obat-obatan. Peti itu sangat besar. Ketika dibuka, ternyata isinya adalah kondom,” kata Kolonel Alex Evert Kawilawang dalam bukunya “A.E Kawilarang Untung Sang Merah Putih” (1988:86).

Koin emas peninggalan Romawi yang ditemukan di Italia. (Dok: Italian Ministry of Culture)Foto: Koin emas peninggalan Romawi yang ditemukan di Italia. (Dok: Italian Ministry of Culture)
Koin emas peninggalan Romawi yang ditemukan di Italia. (Dok: Italian Ministry of Culture)

Dari situlah, tentara dan masyarakat setempat mulai menggali lahan di sekitar bekas lokasi pasukan Jepang dengan harapan menemukan senjata untuk melawan pasukan Belanda. Namun, malangnya, mereka malah menemukan bom yang meledak dan melukai TNI.

Namun, suatu saat, Kawilarang ditemui oleh Sersan Mayor Sidik yang menemukan sebuah guci besar. Sang sersan terbukti jujur dan langsung menyerahkan guci tersebut kepada Kawilarang. Padahal, jika Sidik tidak jujur, dia bisa saja membawa guci tersebut ke penadah untuk mendapatkan uang yang banyak.

“Sersan Mayor Sidik bersama beberapa anggota polisi tentara dan masyarakat menemukan sebuah guci besar. Setelah guci itu dibuka, mereka menemukan kaus kaki yang berisi benda keras. Mereka membuka kaus kaki tersebut satu per satu. Mereka terkejut melihat emas permata dan berlian yang sudah dicongkel-congkel gemerlapan,” kutipan dari buku “Haji Priyatna Abdurrasyid: Dari Cilampani ke New York” (2001:102).

Saat guci tersebut berada di markas pasukan Kawilarang, ada beberapa orang yang terlihat sangat tertarik pada harta karun tersebut. Kawilarang yang kesal kemudian mengambil dua peti granat.

“Para lelaki ingin melanjutkan perjuangan? Ini untuk perjuangan,” kata Kawilarang kepada mereka sambil memberikan dua peti granat.

Saat orang-orang yang tertarik pada harta karun tersebut masih tampak penasaran, Kawilarang kembali berbicara berharap agar mereka segera pergi.

“Ini untuk perjuangan!,” tegas Kawilarang.

Tentang harta karun tersebut, Kawilarang juga tidak berniat untuk memiliki. Dia bahkan pernah menulis surat kepada Residen Bogor, Moerdjani, mengenai harta tersebut. Menurut Kawilarang, seharusnya harta tersebut menjadi urusan pejabat kementerian dalam negeri seperti Residen di Bogor.

Namun, Residen tidak menerimanya dan malah berkata kepada Kawilarang:

“Oh, jangan kirimkan kepada saya. Kirimkan saja kepada Kementerian Dalam Negeri.” Maksudnya adalah kepada pejabat tinggi di kementerian dalam negeri di pusat.

Untuk keamanan harta tersebut, Kawilarang segera memerintahkan kepada Letnan Godjali (ditemani beberapa tentara muda) untuk menyerahkan harta penemuan Sidik dan lainnya kepada pemerintah pusat RI yang berada di Yogyakarta. Emas dan berlian tersebut tiba di Yogyakarta dalam keadaan utuh. Di Yogyakarta, emas tersebut diserahkan kepada Mr Sumarman, Sekretaris Kementerian Dalam Negeri.

Menurut majalah “Ekspres” (29/09/1972), nilai emas tersebut hampir mencapai Rp 6 miliar. Harta karun tersebut terdiri dari 7 kg emas dan 4 kg berlian, yang berasal dari Perkebunan Pondok Gede, Bogor.

Berdasarkan laporan, harta karun tersebut kemudian diserahkan kepada Bank Negara Indonesia (BNI-46) di Yogyakarta. Saat itu, Direktur BNI-46 adalah Raden Mas Margono Djojohadikusumo, kakek dari Menteri Pertahanan RI saat ini.

[Gambas:Video CNBC]

(mfa/wur)