Pengorbanan Cinta kepada Istri Membawa Keberuntungan, Bisnis Pribadi Mendapatkan Keuntungan di Indonesia

by -317 Views

Sumedang dikenal sebagai kota yang terkenal dengan tahu. Makanan yang terbuat dari kedelai ini diproduksi dengan banyak di sana. Di banyak kota, banyak orang yang menjual tahu dengan embel-embel “Tahu Sumedang”. Namun, belum banyak orang yang mengetahui bahwa produksi tahu Sumedang tidak berasal dari orang Sumedang sendiri.

Ternyata, tahu Sumedang diciptakan oleh seorang imigran China yang sangat mencintai istrinya. Bagaimana ceritanya? Pada tahun 1900-an, dua orang imigran asal Tiongkok datang ke Sumedang. Mereka adalah pasangan bernama Ong Ki No dan istrinya yang datang dari China untuk berdagang.

Tidak diketahui dengan pasti apa yang mereka jual saat itu. Namun, pada suatu waktu, sang istri merindukan makanan China. Dia sangat menyukai tao-fu (sekarang disebut tahu). Tetapi, dia tidak bisa makan tahu karena tidak ada kacang kedelai di Sumedang.

Karena kasih sayangnya kepada sang istri, Ong Ki No rela pergi berkeliling mencari kacang kedelai di wilayah yang masih asing baginya. Beruntung, Ong dengan cepat menemukan kebun kacang kedelai di wilayah Conggeang. Dia segera mengolahnya dan hasilnya adalah tahu pertama di Sumedang.

Tahu tersebut adalah tahu putih yang direbus. Sang istri sangat menyukainya dan selalu lahap menyantap tahu buatan Ong. Karena cinta yang besar kepada istrinya, Ong hampir setiap hari memasak tahu sebagai hidangan utama. Dia juga sering membagikan tahu buatannya secara gratis kepada sesama etnis Tionghoa atau tetangga pada hari raya.

Terdapat juga saat-saat Ong menjual tahu tersebut di lapaknya. Namun, minat orang terhadap tahu tersebut sangat rendah. Hal ini bukan karena tahu tersebut berbayar atau tidak, tetapi lidah mayoritas orang Sumedang tidak mampu menerima tahu buatan Ong. Akibat penurunan omset, Ong dan istrinya memutuskan untuk pulang kampung ke China pada tahun 1917.

Pada tahun yang sama, anak Ong, yaitu Ong Bung Keng, datang ke Sumedang untuk melanjutkan bisnis ayahnya. Kegagalan orang tuanya dalam menjual tahu membuat Ong Bung Keng berpikir tentang bagaimana cara membuat tahu tersebut lebih menarik. Hingga akhirnya, dia memiliki ide untuk menggoreng tahu putih tersebut.

Hasilnya ternyata membuat tahu menjadi bertekstur garing, ada rongga, dan lebih gurih dibandingkan tahu yang direbus biasa. Selain itu, saat digoreng, muncul aroma tahu yang sangat wangi. Aroma ini kemudian berhasil menarik perhatian banyak orang.

Banyak orang mencicipi tahu goreng tersebut dan tahu tersebut menjadi viral. Namun, Ong Bung Keng masih tidak berniat untuk menjualnya. Hingga pada tahun 1928, Bupati Sumedang yaitu Pangeran Soeriaatmadja, secara tidak sengaja bertemu dengan Ong di tengah perjalanan.

Dia tertarik dengan aroma yang sangat wangi tersebut dan langsung mencicipi tahu goreng buatan Ong. Dia langsung meminta Ong untuk menjual tahu goreng tersebut karena pasti akan laku. Sejak saat itu, tahu goreng mulai dijual di Sumedang. Harganya sekitar 3 peser atau 1,5 sen.

Tahu buatan Ong tersebut dikenal sebagai tahu Bungkeng dan sudah berlangsung selama 4 generasi atau lebih dari 1 abad. Dimulai dari Ong Kino pada tahun 1900, kemudian Ong Bungkeng pada tahun 1917, Ong Yukim pada tahun 1970, dan Suryadi Ukim bersama anaknya, Edric Wang, hingga sekarang.