Miliarder Mengalami Islam karena Rasa Takut Uangnya Tidak Berkah

by -342 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Ini adalah kisah Masagung atau Tjio Wie Tay. Dia adalah pendiri dan pemilik Toko Buku Gunung Agung yang pada Mei 2023 lalu gulung tikar.

Salah satu kisah menarik darinya adalah saat mengalami pergoncangan batin yang luar biasa ketika dirinya kaya raya. Kisah ini membuat kita harus memundurkan waktu ke tahun 1970-an.

Kala itu, Masagung sudah berusia 50 tahun dan mengalami semacam krisis kesadaran. Kehidupan yang super nyaman, banyak duit dan punya kedudukan terhormat, rupanya membuat Masagung takut.

Tahun 1970-an, tulis buku Apa dan Siapa? (2004), memang puncak kejayaan Toko Gunung Agung. Perusahaan sudah menjadi sentra jual beli buku di Indonesia.

Bahkan, Gunung Agung tak lagi sebatas menerbitkan dan menjual buku, tetapi juga mulai bermain di sektor pariwisata, perhotelan, dan penukaran uang. Berkat itu semua, Masagung pun menjadi miliarder.

“Ia enggan menyebutkan jumlah kekayaannya. Tetapi, jumlah pajak yang harus dibayarnya secara grup mencapai Rp 200 juta. Untuk bea cukai sebesar Rp 2 milyar. Belum termasuk pajak pendapatan dari 2.000 lebih karyawannya,” tulis penulis buku Apa dan Siapa? (2004) saat menanyakan kekayaan Masagung.

Sebagaimana dikisahkan Denys Lombard dalam Nusa Jawa Silang Budaya (2009), dengan kondisi demikian, Masagung sebetulnya sangat tidak nyaman. Dia takut kejayaan dan kekayaan yang diperoleh malah menjadi boomerang bagi dirinya.

Intinya dia tak mau semua itu membuatnya terjerumus ke dunia maksiat. Beruntung, di tengah kegelisahan itu dia tanpa sengaja bertemu Ibu Tien Fuad Muntaco.

Denys Lombard menyebut Tien Fuad Muntaco sebagai pakar hipnotisme dan telepati. Dia semacam ‘orang pintar’ karena mengklaim mampu melihat Sunan Kalijaga di usia 19 tahun.

“Usai pertemuan itu, dia jatuh di bawah pengaruh spiritual Ibu Tien dan memutuskan untuk pindah agama dari Hindu ke Islam,” tulis Denys.

Pengaruh kuat dari Tien Fuad Muntaco itu rupanya mampu membuat kehidupan Masagung berubah drastis. Leo Suryadinata dalam Southeast Asian Personalities of Chinese Descent (2012) menyebut dia jadi lebih Islami dan menjadi tokoh penyebaran ajaran ke-Islaman.

Tercatat dia mendirikan Yayasan Jalan Terang. Ini bertujuan membiayai pembangunan masjid, rumah sakit, dan museum Wali Songo.

Tak hanya itu, dia juga aktif berperan dalam dakwah masjid di Ibukota. Dan tak lupa, dia aktif mempromosikan Islam lewat menerbitkan buku-buku Islami.

“Setelah mengalami masa muda yang resah, tindakan Masagung untuk merangkul tradisi Jawa dan kegemarannya pada kebatinan merupakan langkah-langkah maju,” puji Denys Lombard kepada Masagung.

Upaya menebar ajaran Islam ini terus dilakukan. Dia menghembuskan nafas terakhir pada 24 September 1990.