Perajin Batu di Bali Merasakan Manfaat dari Program Pemberdayaan BRI

by -110 Views

Deru mesin penggiling dan peralatan yang saling bertumbukan sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Banjar Belong, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar Bali.

Ya, mayoritas penduduk di desa tersebut bekerja sebagai perajin batu paras taro. Para perajin tersebut bergabung dalam sebuah kelompok usaha yang dikenal sebagai Klaster Usaha Paras Taro.

Banjar Belong sendiri memang dikenal sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi besar dalam kerajinan paras taro.

Di kelompok usaha ini, I Wayan Parnata telah aktif bertahun-tahun sebagai ketua yang membantu berbagai kebutuhan, demi kemajuan usaha yang banyak dijalankan warga setempat. Dukungan pun hadir dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI yang dirasakan sangat membantu kemajuan usaha para anggota dalam memperluas bisnisnya.

Dukungan dari BRI berupa akses layanan keuangan, pembinaan, serta bantuan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan para perajin di kelompok usaha tersebut.

Di atas lahan milik pribadi, keseharian Wayan bergelut dengan mesin penggiling dan berbagai peralatan untuk menyelesaikan pesanan pelinggih atau produk kerajinan lainnya dari pelanggan.

“Awal mulanya kami membuat kerajinan pelinggih di Bali itu sekitar tahun 2000-an. Lalu kerajinan ini mulai menjamur di tahun 2010,” ungkap Wayan.

Ia bercerita bahwa saat awal menjalankan usaha, kesulitan yang dihadapi adalah dalam pemilihan material. “Kami mengalami kesulitan karena harus memilih material yang bisa dipakai. Jadi sering mencoba-coba kalau bahannya ini hasilnya seperti apa. Lalu sekitar tahun 2010 sudah ketemu material yang cocok yaitu tanah liat hitam yang kualitasnya ternyata lebih baik. Akhirnya kita pakai bahan itu sampai sekarang,” jelas Wayan.

Klaster Usaha Paras Taro menghasilkan berbagai produk kerajinan yang kebanyakan berhubungan dengan tempat peribadatan masyarakat Hindu. Beberapa produk mereka seperti candi, angkul-angkul, tembok, hingga pelinggih.

Nilai tambah dari klaster usaha ini adalah produk yang dihasilkan bisa menggunakan berbagai motif sesuai dengan permintaan pembeli.

Untuk pemasarannya, ternyata tidak hanya sebatas di wilayah Bali saja. “Pemasaran kalau saya sendiri sudah sampai Jakarta, Bogor, hingga Lombok. Kalau teman-teman ada yang sampai Lampung dan kota di Sumatera lainnya,” ungkap Wayan.

Wayan menambahkan bahwa klaster usahanya dikenal dari mulut ke mulut. Selain itu, banyak juga anggota yang melakukan promosi di media sosial dan memiliki toko online sehingga bisa menjangkau pasar yang lebih luas.

Klaster Usaha Paras Taro adalah salah satu kelompok usaha UMKM yang mendapatkan pendampingan dari BRI. Berawal dari kebutuhan modal, Wayan dan klaster usaha tersebut mendapatkan pendampingan usaha. Anjuran dari BRI berupa pembinaan serta bantuan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan para perajin di klaster usaha mereka.

BRI lewat program Klaster Usaha ‘Klasterkuhidupku’ berkomitmen untuk selalu memberikan pendampingan maupun pemberdayaan, sehingga pelaku UMKM mampu untuk lebih tangguh dan naik kelas. Diharapkan kisah Para Perajin Batu Paras Taro bisa jadi kisah inspiratif yang bisa direplika oleh pelaku usaha lainnya.