Peneliti Berhasil Mengungkap Misteri Babi Ngepet, Tanpa Disangka!

by -120 Views

Babi Ngepet, Makna dan Asal-Usulnya Menurut Seorang Sejarawan

Jakarta, CNBC Indonesia – Babi ngepet menjadi alternatif masyarakat dalam memperoleh kekayaan. Babi ngepet ini dijelaskan sebagai siluman babi yang berasal dari gunung dan bisa mengambil uang orang dengan hanya menggosokkan tubuhnya pada dinding rumah.

Babi ngepet digambarkan sebagai sosok manusia yang berubah wujud pada malam hari dan menjadi babi untuk mencuri uang. Cara ini mungkin terkesan tidak logis, tetapi sejarawan dan peneliti dari Nanyang Technological University Singapore, Christopher Reinhart, memberikan jawaban logis atas asal-usul kemunculannya.

Reinhart menyebut bahwa menelusuri akar historis babi ngepet adalah usaha yang menantang. Namun, dalam trend studi masyarakat kolonial, istilah babi ngepet mulai muncul sejak masa Cultuurstelsel atau tanam paksa pada 1830-1870. Sejak pemberlakuan tanam paksa, banyak orang kaya baru muncul di kalangan masyarakat Jawa. Mereka umumnya para pedagang dari kaum pribumi atau Tionghoa yang menjadi kaya raya dalam sekejap.

Kondisi ini menimbulkan keheranan di tengah masyarakat petani yang hidupnya sederhana. Pada titik inilah, imajinasi masyarakat petani bermain. Para petani yang hidupnya sederhana tiba-tiba kaget melihat ada orang yang tiba-tiba kaya dalam sekejap. Alhasil, mereka menuduh orang kaya tersebut mendapatkan harta dari cara yang tidak benar, yakni babi ngepet.

Bagi petani, pemupukan kekayaan adalah proses yang terbuka. Masalahnya, mereka tidak melihat kerja keras dari orang kaya baru itu. Alhasil, mereka menuduhnya bekerja sama dengan setan.

Namun, Reinhart menyebut ada sisi kelogisan dari tuduhan imajinasi babi ngepet kepada orang kaya. Tuduhan babi ngepet dipakai para petani untuk memberikan kesan buruk kepada rekan sesama petani bahwa orang-orang kaya itu adalah para kapitalis jahat. Maksudnya, orang kaya itu harus dijauhi karena berbahaya bagi kehidupan para petani.

Alasannya karena sewaktu-waktu orang kaya tersebut mampu membeli sumber daya para petani, seperti sawah atau hasil taninya secara murah, yang jika terjadi petani tersebut akan mengalami kemiskinan dan terjerat dalam utang.

Karena masyarakat Indonesia selama bertahun-tahun bercorak agraris, maka imajinasi dan tuduhan babi ngepet terus berakar, tertanam, dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Hal ini masih bertahan hingga sekarang karena masyarakat kita belum sepenuhnya beralih ke industri. Apalagi masih banyak pula yang masih rendah secara pendidikan dan ekonomi.