Pejuang Nasional Pangeran Diponegoro – prabowo2024.net

by -105 Views

Pada masa itu, pemerintah kolonial Belanda memiliki pengaruh yang sangat besar dalam urusan kerajaan. Mereka bahkan memiliki kewenangan untuk menurunkan atau mengangkat raja.

Sebagai contoh, Hamengkubuwono II yang menentang Belanda akhirnya diturunkan dari tahtanya. Perlawanan Pangeran Diponegoro terhadap Belanda dipicu oleh pengambilalihan tanah milik rakyat di Desa Tegalrejo. Hal ini membuat Pangeran Diponegoro segera menyuarakan perang melawan Belanda karena mereka memasang patok di makam leluhur Pangeran Diponegoro tanpa izin.

Perang Diponegoro akhirnya menyebar ke berbagai daerah dan masyarakat seperti bangsawan, ulama, santri, dan rakyat biasa pun memberikan dukungan pada Pangeran Diponegoro. Tokoh-tokoh seperti Kyai Maja, SISKS Pakubuwono VI, dan Raden Tumenggung Prawirodigdaya juga memberikan dukungan mereka pada Pangeran Diponegoro.

Dalam perang melawan Belanda, Pangeran Diponegoro menggunakan strategi perang gerilya dan berhasil melancarkan perang sabil melawan Belanda. Pada dua tahun pertama, pasukan Diponegoro meraih banyak kemenangan.

Namun, di tengah perlawanan, pasukan Pangeran Diponegoro kewalahan karena pasukan Belanda, yang pada saat itu dipimpin oleh De Kock, menerapkan taktik Benteng Stelsel. Taktik ini merupakan taktik yang diimplementasikan oleh Belanda dengan mendirikan benteng di setiap daerah yang dikuasainya dan menghubungkannya dengan jalan agar pergerakan pasukan menjadi lancar. Beberapa tokoh seperti Kyai Maja ditangkap pada tahun 1892, diikuti kemudian oleh Sentot Ali Basha.

Pada tanggal 28 Maret 1830, pasukan Belanda berhasil menangkap Diponegoro di Magelang. Meskipun kondisinya sudah terdesak, Pangeran Diponegoro tidak menyerah. Belanda kemudian mencoba membuka perundingan dengan Pangeran Diponegoro untuk menghentikan perlawanan dan perang.

Namun, Pangeran Diponegoro menolak tawaran tersebut dan akhirnya diasingkan ke beberapa tempat seperti Ungaran, Semarang (29 Maret-5 April 1830), Batavia (8 April-3 Mei 1830), Manado (13 Juni 1830-20 Juni 1833), dan terakhir di Makassar (20 Juni 1833-8 Januari 1855).

Perlawanan Diponegoro terhadap Belanda dengan menggunakan strategi gerilya menjadi inspirasi bagi perjuangan Panglima Besar Soedirman, 100 tahun setelah perjuangan Diponegoro pada awal abad ke-18.

Seperti Diponegoro, Soedirman adalah contoh keteladanan yang sangat luar biasa dalam sejarah Republik Indonesia. Kita tidak dapat melupakan teladan apa yang dapat diwariskan kepada generasi penerus saat Panglima Besar TNI yang pertama tertangkap hidup oleh musuh.

Sumber: https://prabowosubianto.com/pejuang-nasional-pangeran-diponegoro/

Source link