Punya 1 Gundik, 8 Istri, dan 26 Anak

by -153 Views

Oei Tiong Ham, Sang Sugar Daddy Di Masa Kolonial

Jakarta, CNBC Indonesia- Narasi sugar daddy belakangan sering digunakan untuk merujuk seorang laki-laki kaya raya dan dewasa. Biasanya, sugar daddy juga sering memberikan dukungan keuangan kepada seseorang sebagai imbalan kebersamaan.

Namun, kisah sugar daddy yang seperti itu bukan hanya terjadi pada masa kini saja, melainkan juga sudah terjadi sejak dahulu kala. Salah satu sosoknya adalah Oei Tiong Ham, pengusaha asal Semarang yang memiliki harta 200 juta gulden atau setara Rp 43 Triliun. Dan, dari segi romansa dia punya banyak gundik, 8 istri dan 26 anak.

Sumber harta

Sebagai catatan, Oei Tiong Ham adalah pendiri dan pemilik dari konglomerasi besar bernama Oei Tiong Ham Concern (OTHC). Fokus utama bisnisnya adalah gula yang sangat berjaya di masa kolonialisme Belanda.

Menurut Yoshihara Kunio dalam Konglomerat Oei Tiong Ham (1992), dalam kurun 1910-1912, OTHC berhasil mengekspor gula sebanyak 200 ribu ton hingga mengalahkan perusahaan Barat. Bahkan, di waktu bersamaan, OTHC sukses menguasai 60% pasar gula di Hindia Belanda. Kantor cabangnya pun tersebar di seluruh dunia, mulai dari India, Singapura hingga London.

Berkat besarnya bisnis itu, tak heran kalau Oei Tiong Ham memiliki kekayaan 200 juta gulden. Sebagai catatan, uang 1 gulden pada 1925 bisa membeli 20 kg beras. Jika harga beras Rp 10.850/kg, diperkirakan harta kekayaannya senilai Rp 44 triliun. Atas dasar inilah, dia dijuluki sebagai Raja Gula dan dinobatkan sebagai salah satu miliarder di Hindia Belanda dan dunia.

Punya banyak gundik, 8 istri & 26 anak

Sorotan kepada Oei Tiong Ham di masa kolonial bukan hanya soal kesuksesannya membangun usaha, tetapi juga ihwal keluarga, hubungan romansa, dan keinginannya mengoleksi istri supaya punya banyak anak.

Diketahui, Oei pertama kali menikah di usia 18 tahun dengan perempuan bernama Goei Bing Nio dan memiliki dua anak perempuan. Namun, kedua anak tersebut tak membuat Oei puas.

Pasalnya, sebagaimana dipaparkan Benny G. Setiono dalam Tionghoa Dalam Pusaran Politik (2008), Oei ingin punya banyak keturunan karena beranggapan banyak anak banyak rezeki. Selain itu, alasan lain dia memiliki gundik karena istri pertamanya itu dianggap keras kepala dan angkuh.

Sejak itulah dia mantap berhubungan dengan gundik-gundik, tanpa menceraikan istri pertama. Kata Sang Anak, Oei punya banyak gundik yang dia pacari tanpa status. Tak diketahui berapa banyak, tetapi dari gundik-gundik tersebut, dia punya satu anak setiap tahunnya.

“Gadis mana yang tidak jatuh hati pada ketampanan dan jabatan Ayah? Semua perempuan berusaha menarik perhatian Ayah,” tanya Oei Hui Lan.

Tak jarang pula gundik-gundik tersebut minta naik status. Mereka ingin menjadi istri resmi Oei. Alhasil, Oei pun menuruti permintaan tersebut. Tercatat ada 7 gundik yang naik status menjadi istri, tanpa pernah menceraikan satu sama lain.

Jadi, total semasa hidup dia punya 8 istri dan 26 anak. Namun, kata Oei Hui Lan, jumlah anaknya diperkirakan lebih dari itu. Sebab, dia menghitung punya saudara tiri 42 orang dan mungkin lebih dari itu mengingat Ayahnya berhubungan dengan banyak perempuan.

Menariknya, Oei Tiong Ham bersifat adil kepada seluruh pasangan dan anak-anaknya.

“Walaupun istri-istrinya telah meninggalkannya (tak lagi hidup bersama), Oei Tiong Ham tetap menjalankan kewajibannya dalam menunjang semua biaya kehidupan sang istri,” tulis Benny G. Setiono.

Tak tanggung-tanggung, Oei membahagiakan semua istri dan anak dengan kemewahan. Istri-istrinya tinggal tersebar di beberapa wilayah, mulai dari London, Singapura, China dan Semarang. Bahkan, keluarga yang berada di London bisa bergaul dengan keluarga kerajaan Inggris.

Sementara, anak-anaknya diberi biaya sekolah sampai jenjang paling tinggi. Oei Hui Lan sendiri bisa sekolah di London dan saat dewasa dia menjadi Ibu negara China.

Lalu, untuk soal warisan, Oei diketahui memberi 26 anaknya dengan warisan sebesar 400.000 gulden atau setara belasan miliar rupiah tak lama usai meninggal pada 6 Juli 1924.

Atas dasar inilah, Oei Tiong Ham layak dijuluki sebagai sugar daddy di masa kolonial. Bukan hanya karena dia punya banyak perempuan, tetapi juga karena dia benar-benar berkecimpung di industri gula sebagai pengusaha sukses.