CSIS Konfirmasi Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka Menang Satu Putaran di Quick Count: Demokrasi Masih Pilihan Terbaik

by -1661 Views

Jakarta – Hasil Pemilu 2024 versi quick count beberapa lembaga menunjukkan pasangan calon nomor urut 2, Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka sebagai pemenang. Centre for Strategic and International Studies (CSIS) bahkan memastikan bahwa kemenangan tersebut dapat diraih dalam sekali putaran.

Ketua Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS, Arya Fernandes, menganalisis bahwa kemenangan tersebut sebetulnya sudah diprediksi berdasarkan tren elektabilitas Prabowo-Gibran yang terus meningkat menjelang Pemilu 2024. Ia juga menyebut bahwa keunggulan pasangan ini terlihat dari hasil quick count yang dirilis oleh beberapa lembaga survei.

“Hasil quick count beberapa lembaga survei menunjukkan kemenangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka berkisar 57-58 persen,” kata Arya dalam keterangan resmi pada Rabu (21/2).

Selain memenangkan Pilpres, Arya juga menyebut bahwa angka kemenangan keduanya merupakan yang tertinggi dalam sejarah kemenangan capres-cawapres di masa sebelumnya.

“Dengan angka tersebut, hampir dapat dipastikan bahwa pemilihan presiden akan berlangsung dalam satu putaran. Rekor ini berhasil melampaui pencapaian Presiden Joko Widodo sebesar 55,50 pada Pemilu 2019,” ungkap Arya.

Berdasarkan estimasi hasil quick count yang dilakukan oleh CSIS bersama Cyrus Network (CN), suara untuk Prabowo-Gibran mendominasi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, angka dukungan untuk pasangan ini juga jauh lebih tinggi dibanding pasangan calon lainnya. Arya menyebut bahwa pencapaian ini telah memenuhi syarat kemenangan Pilpres sesuai Pasal 6 (3) Undang-Undang Dasar 1945.

“Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa ‘Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden’,” jelasnya.

Lebih lanjut, Arya juga menjelaskan bahwa kemenangan Prabowo-Gibran dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah angka split-ticket voting yang terjadi dari pendukung partai koalisi Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud.

“Kondisi ini jelas menguntungkan Prabowo. Ia tidak hanya mendapatkan suara dari basis partai pendukungnya, tetapi juga dari partai koalisi lainnya,” ucap Arya.

Faktor lain yang turut menyumbang kemenangan Prabowo-Gibran adalah persepsi positif masyarakat terhadap kinerja pemerintah dan situasi ekonomi yang dianggap baik. Arya menuturkan bahwa masyarakat melihat hal ini dari peningkatan alokasi anggaran program bantuan sosial. Berdasarkan survei CSIS pada Desember 2023, sebanyak 86,1 persen masyarakat percaya pada Presiden.

“Kemenangan Prabowo-Gibran juga terlihat dari perubahan strategi tim kampanye yang menyasar kampanye di platform TikTok serta melibatkan influencer berpengaruh dalam tim kampanye nasional. Konten-konten Prabowo yang diunggah di TikTok hampir selalu viral dan ditonton puluhan juta orang,” tambah Arya.

Meski demikian, Arya menyebut bahwa potensi kemenangan Prabowo-Gibran sebenarnya sudah terdeteksi sejak awal, terutama berdasarkan survei yang signifikan sejak November 2023. Ia menekankan bahwa peta elektoral yang dinamis menjelang pemilu membuat tim pasangan lain harus berpikir strategis, bahkan menekankan bahwa pemilu mungkin akan berlangsung lebih dari satu putaran.

“Dengan selisih suara yang tinggi, sangat sulit bagi Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Moh. Mahfud MD untuk mengejar suara Prabowo-Gibran yang terus meningkat. Satu-satunya cara saat itu adalah ‘memaksa’ pemilu presiden berlangsung dalam dua putaran,” jelas Arya.

CSIS juga menganalisis bahwa pasangan 01 dan 03 melancarkan gerakan yang relatif berbeda menjelang akhir masa kampanye untuk mempengaruhi sikap pemilih. Anies Baswedan memilih untuk mengurangi serangannya pada debat terakhir calon presiden, sementara Ganjar justru semakin agresif.

Terakhir, Arya bersama CSIS mencatat bahwa Pemilu 2024 menjadi tonggak dalam proses demokrasi Indonesia sejak reformasi 1998. Meskipun dengan segala kekurangan dan kelebihannya, demokrasi tetap menjadi pilihan terbaik bagi Indonesia dalam menghadapi tantangan domestik maupun global.

“Dalam setiap pemilu, kita melihat perubahan kekuasaan. Perubahan politik terjadi cepat, sehingga kita harus cepat beradaptasi. Demokrasi, dengan kelebihan dan kelemahannya, tetap menjadi pilihan terbaik bagi kita di masa depan,” katanya.

“Kita membutuhkan pemimpin yang demokratis untuk menghadapi tantangan di masa depan, kita membutuhkan kabinet yang kompeten dan berpengalaman,” tambah Arya. (SENOPATI)

Source link