Kisah Wanita Terkaya di Makkah yang Sumbangkan Semua Hartanya untuk Allah SWT

by -110 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Berdasarkan sumber-sumber tradisional Islam, semua orang mengetahui bahwa Nabi Muhammad pertama kali menikah dengan seorang wanita bernama Khadijah binti Khuwailid.

Namun, belum banyak yang mengetahui tentang profesi Khadijah sebagai seorang pengusaha. Dari profesi ini, Khadijah memperoleh banyak uang dan layak untuk disebut sebagai crazy rich. Bisa dikatakan bahwa Khadijah adalah salah satu perempuan crazy rich terawal di Arab Saudi.

Sebagai perempuan terkaya, kekayaan Khadijah tidak datang secara tiba-tiba. Kekayaannya sebagian besar berasal dari warisan dari suami mendiangnya. Sebelumnya, Khadijah pernah menikah dengan dua pria, yaitu Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi dan Atiq bin Ayidh.

Pernikahan itu terjadi dalam waktu yang berbeda dan keduanya dipisahkan oleh kematian. Ketika ditinggalkan suami, Khadijah diberikan kekayaan dan jaringan bisnis yang sangat banyak. Pada titik ini, Khadijah memegang kendali operasional bisnisnya. Dari sini, dia mulai mengumpulkan kekayaan.

Meskipun tidak memulai dari nol, perjalanan bisnis Khadijah tidak semudah yang dibayangkan. Resit Haylamaz dalam bukunya “Khadija: The First Muslim and the Wife of the Prophet Muhammad” (2007) menceritakan bahwa pada masa itu, wanita tidak dianggap seimbang dengan pria dalam urusan bisnis.

Namun, Khadijah tidak peduli dengan pandangan negatif tersebut. Dia tetap maju dan berbisnis meskipun hal itu bukan perkara yang mudah. Selama musim panas dan musim dingin, Khadijah sering memimpin bisnisnya dari Makkah ke Damaskus dan Yaman.

Selama proses tersebut, dia tidak terlibat secara langsung dan hanya bertindak sebagai pengawas. Tugasnya adalah mengarahkan pengiriman barang dan mengatur perdagangan internasional. Untuk urusan lapangan, dia menugaskan orang-orang yang dipercayainya.

Salah satu orang yang dia percayai adalah Muhammad bin Abi Thalib, seorang pemuda dari suku Quraisy. Muhammad ditugaskan untuk menjual barang dagangan ke wilayah Syam. Karen Armstrong dalam bukunya “Muhammad Sang Nabi: Sebuah Biografi Kritis” (2011) menceritakan bahwa selama menjalankan tugasnya, Muhammad berhasil menjual barang dagangan Khadijah dengan sukses dan mendapatkan keuntungan.

Selama proses berdagang, pemuda asal Makkah tersebut juga menunjukkan sifat yang membuat Khadijah terkesan: jujur, sopan, rendah hati, dan amanah. Dari sinilah, Khadijah mulai jatuh cinta kepada Muhammad dan keduanya pun menikah.

Setelah menikah, Muhammad membantu Khadijah menjalankan bisnisnya. Meskipun posisi Muhammad dalam bisnis istrinya tidak tercatat secara pasti, yang pasti adalah bahwa Muhammad tidak lagi bekerja sebagai pekerja lapangan, tetapi telah menjadi pengurus operasional. Selama proses pernikahan dan kenabian Muhammad, Khadijah menjadi sangat kaya.

Namun, menurut Resit Haylamaz, kekayaan tersebut tidak memberikan kedamaian atau kepuasan bagi Khadijah. Sebab, dia ingin harta tersebut bermanfaat bagi orang lain agar bisa menjadi pencahayaan di akhirat.

Sejak itu, Khadijah dan Muhammad sering memberikan sedekah kepada fakir miskin dan budak. Selain itu, Khadijah juga sering mengadakan makan malam untuk orang-orang yang kurang beruntung. Berdasarkan itu, selama 10 tahun pertama misi kenabian Muhammad, Khadijah tidak memiliki lagi harta karena semua kekayaannya sudah dikorbankan di jalan Allah.

Perjalanan Khadijah akhirnya berakhir saat usianya mencapai 65 tahun atau tahun 619 Masehi. Riwayat Islam menyebutkan bahwa kematian Khadijah membuat Nabi Muhammad sangat sedih, karena peran wanita tersebut dalam kehidupan Nabi Muhammad sangatlah besar.

[Gambas:Video CNBC]

(mfa/mfa)