Kegunaan Tak Terduga dari Kelompok Ini dalam Mempromosikan Kemajuan Umat Islam

by -76 Views

Jakarta, CNBC Indonesia- Narasi sejarah mencatat Islam pernah berjaya di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan ekonomi sekitar abad ke-8 sampai ke-11 Masehi. Pada masa itu, muncul banyak ilmuwan dan filsuf yang pemikirannya jadi pondasi sains modern. Sebut saja seperti Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Al-Khawarizmi dan sebagainya. Lalu, di saat bersamaan pula, banyak kota di Timur Tengah bermunculan jadi pusat pengetahuan.

Sayang, sekarang kemajuan itu hanya tinggal sejarah. Bisa dikatakan, dunia Muslim kini mengalami kemunduran. Satu hal menarik yang bisa dijadikan pelajaran untuk pengembangan masa kini adalah bagaimana Islam bisa berjaya saat itu? Belum banyak orang tahu, ternyata peran sentral kejayaan itu dipegang oleh kelompok tak terduga, yakni pedagang.

Fakta ini diungkap oleh pengajar San Diego University, Ahmet T. Kuru, dalam Islam, Otoritarianisme, dan Ketertinggalan (2019). Dia menjelaskan kalau kemajuan Islam di abad ke-8 sampai ke-11 atau masa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah disebabkan karena ulama dan ilmuwan memutuskan mengambil jarak dengan kekuasaan.

Mereka berpikir mendekatkan diri bersama penguasa bisa membuat kebebasan berpikir terhambat. Alhasil, untuk membuat pengetahuan berkembang, mereka memilih dekat dengan para pedagang. Kala itu, pedagang memang punya tempat khusus dalam struktur sosial ekonomi umat Muslim. Sebab, mereka memiliki legitimasi keagamaan karena Islam sedari awal dekat bersama pedagang. Secara statistik pula Ahmet T. Kuru juga mencatat 72,5% ulama atau keluarganya juga menjalani profesi sebagai pedagang.

Selain itu, para pedagang juga dikenal sebagai kelompok yang mendukung pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini bisa terjadi, menurut Ahmet T. Kuru, karena mereka membutuhkan pengetahuan itu sendiri buat kepentingan mereka.

Selama periode tersebut, mereka mampu mengendalikan rute perdagangan antara Eropa, India, dan China. Besarnya jaringan bisnis itu tentu saja membutuhkan kemampuan akuntansi, penentuan harga, urusan kredit, dan matematika. Sadar mereka tak bisa melakukannya, maka satu-satunya cara adalah meminta bantuan para ilmuwan Muslim mengembangkan pengetahuan, khususnya yang terkait perdagangan.

Pada titik ini, para pedagang jadi punya dua posisi, yakni sebagai penyandang dana riset dan peserta dalam pengembangan pengetahuan. Lalu, para ilmuwan juga bisa secara bebas mengembangkan ilmu pengetahuan dan keagamaan karena didukung para pedagang. Berkat relasi seperti inilah, peradaban Islam bisa mengalami kemajuan sangat pesat.

Beranjak dari sini, Kuru menyebut “pedagang jadi agen utama aktivitas ekonomi di dunia Muslim dan jadi andalan bagi cemerlangnya peradaban Islam.”

Pada waktu bersamaan, kondisi berbeda justru terjadi di Eropa. Apabila Islam dan Timur Tengah berada di era keemasan, di Eropa malah kebalikannya: ilmu pengetahuan dan roda ekonomi justru menjadi mandek. Hal ini bisa terjadi karena kuatnya dominasi agama dan negara mengintervensi para ilmuwan, suatu hal yang sejak awal dibatasi para ilmuwan Muslim.

[Gambas:Video CNBC]

(mfa/sef)