Kisah Janda Terkaya di Makkah yang Meninggal dalam Kekurangan

by -96 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Ini adalah kisah Khadijah binti Khuwailid, istri Nabi Muhammad yang juga berprofesi sebagai pengusaha. Bahkan, besarnya jaringan bisnis membuatnya jadi perempuan terkaya di Makkah.

Salah satu fragmen kehidupan dari Khadijah adalah bagaimana dia yang awalnya kaya raya berubah menjadi miskin karena menyumbangkan harta untuk Allah Swt. Bagaimana kisahnya?

Awal Kekayaan Khadijah
Perlu diketahui, kekayaan Khadijah sebenarnya berasal dari warisan mendiang suami. Sebelumnya, Khadijah memang pernah menikah dengan dua pria, yakni Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi dan Atiq bin Ayidh.
Pernikahan tersebut terjadi dalam kurun waktu berbeda dan sama-sama dipisahkan oleh maut. Saat ditinggali suami, Khadijah dikaruniai kekayaan dan jaringan perniagaan yang luar biasa banyak. Pada titik ini, praktis Khadijah memegang kendali operasional bisnis. Dari situlah, dia mulai memupuk kekayaan.
Meski tidak memulai dari nol, perjalanan bisnis Khadijah tidak semudah yang dibayangkan. Resit Haylamaz dalam Khadija: The First Muslim and the Wife of the Prophet Muhammad (2007) menceritakan, ketika itu perempuan tidak seperti laki-laki: sering diremehkan dan dianggap lemah, apalagi untuk urusan bisnis.
Namun, Khadijah tak peduli terhadap suara-suara sumbang tersebut. Dia tetap berani melangkah dan berbisnis sekalipun bukan tugas yang mudah. Selama musim panas dan dingin, Khadijah kerap memimpin pergerakan bisnis dari Makkah ke Damaskus dan Yaman.
Selama proses itu, dia memang tidak pernah terjun langsung dan hanya menjadi semacam pengawas. Tugasnya hanya mengarahkan pengiriman barang dan mengorganisir perdagangan internasional. Untuk urusan lapangan, dia memberi tugas kepada orang-orang yang dipercaya.
Salah satu orang kepercayaannya adalah Muhammad bin Abi Thalib, pemuda dari suku Quraisy. Muhammad ditugasi menjual barang dagangan ke kawasan Syam. Karen Armstrong dalam Muhammad Sang Nabi: Sebuah Biografi Kritis (2011) menceritakan, selama bertugas Muhammad sukses membuat dagangan Khadijah laku dan membawa cuan.
Selain itu, selama berdagang pemuda asal Makkah itu juga menunjukkan sikap yang membuat Khadijah terpukau: jujur, santun, rendah hati dan amanah. Dari situlah, Khadijah mulai jatuh cinta kepada Muhammad, begitu pula sebaliknya, hingga keduanya menikah.
Setelah menikah, Muhammad membantu Khadijah menjalankan bisnis. Meski begitu, tidak ada catatan pasti soal posisi Muhammad di bisnis milik istrinya itu. Satu hal pasti yaitu Muhammad tidak lagi menjadi pekerja lapangan, tetapi sudah jadi pengurus operasional. Selama proses pernikahan dan kenabian Muhammad, Khadijah menjadi kaya raya.

Sumbang Harta hingga Miskin
Pasangan Khadijah dan Muhammad memang jadi pasangan kaya raya. Namun, kekayaan itu tidak bisa memberikan kedamaian atau kepuasan bagi Khadijah. Sebab, dia ingin hartanya bermanfaat bagi orang lain supaya bisa jadi penerang bagi kehidupan di akhirat.
“Karena itulah Khadijah menginginkan kekayaannya jadi tak terhingga, sehingga dia bisa membelanjakan harta itu untuk tujuan Nabi Muhammad,” tulis Resit.
Sejak itu, Khadijah dan Muhammad sering sedekah kepada para fakir miskin dan budak. Selain itu, Khadijah juga kerap mengadakan makan malam bersama bagi orang yang tidak beruntung. Atas dasar ini, selama 10 tahun pertama misi kenabian Muhammad, Khadijah yang semula kaya menjadi tidak punya apa-apa lagi alias miskin karena seluruh hartanya sudah dikorbankan di jalan Allah.
Ketiadaan harta ini terus berlanjut hingga Khadijah meninggal di usia 65 atau tahun 619 Masehi. Bahkan, sumber tradisional Islam menyebut saking miskinnya, Khadijah tidak punya stok kain kafan untuk membungkus mayatnya jika meninggal. Atas dasar ini, Khadijah meminta sorban suaminya untuk membungkus, tetapi itu gagal terjadi karena Malaikat Jibril memberinya sorban sebagai kain kafan.

ArtikelSelanjutnya
Miliarder Ini Masuk Islam karena Takut Uangnya Tak Berkah

(mfa/mfa)