National Strategic Challenge: Navigating the Limited Time of the Demographic Dividend

by -224 Views

Oleh: Prabowo Subianto [petikan dari “Transformasi Strategis Bangsa: Menuju Indonesia Emas 2045”, hal. 53-54, edisi ke-4]

Selain tantangan strategis global seperti perubahan iklim, konflik geopolitik, dan ekspansi cepat kecerdasan buatan, Indonesia dihadapkan pada beberapa isu nasional yang mendesak.

Salah satu tantangan penting adalah penutupan jendela bonus demografi yang akan segera terjadi. Kekayaan negara kita terus mengalir ke luar negeri, menghasilkan aliran keluar kekayaan nasional yang konsisten. Selain itu, ekonomi kita ditandai oleh ketidaksetaraan dan kurangnya keseragaman. Demokrasi kita juga terganggu oleh pengaruh keuangan yang berlebihan dalam politik.

Kemampuan kita untuk berkembang menjadi negara yang maju dan makmur bergantung pada kemampuan kita untuk mengelola dan mengatasi tantangan global dan domestik ini.

Jendela Berkurangnya Bonus Demografi

Penduduk kita adalah aset kita, terutama dengan median usia saat ini adalah 29 tahun, yang menandakan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia berada pada usia produktif mereka, ideal untuk belajar dan bekerja secara efisien.

Namun, indikator median usia ini dari penduduk muda dan produktif tidak akan berlangsung selamanya. Dengan laju pertumbuhan penduduk yang melambat, proporsi penduduk muda Indonesia akan turun. Menurut proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), sekitar tahun 2035 – hanya 13 tahun dari sekarang – median usia akan naik.

Secara historis, sulit bagi negara untuk mencapai kekayaan dan kemakmuran ketika populasi mereka menua melewati masa produktifnya. Saat ini berposisi sebagai negara berpendapatan menengah, tujuan kita adalah naik ke status berpendapatan tinggi.

Untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi ini, PDB per kapita kita harus naik menjadi $14.000, atau sekitar 210 juta IDR per tahun, yang berarti pendapatan bulanan sekitar 17,5 juta IDR untuk setiap penduduk.

Kita hanya memiliki 13 tahun untuk keluar dari jebakan berpendapatan menengah dan menghindari nasib menjadi negara tua sebelum menjadi kaya, seperti yang terjadi di Thailand. Thailand telah menjadi masyarakat tua tanpa terlebih dahulu mencapai kekayaan. Kita harus menghindari ini dengan memastikan pertumbuhan ekonomi yang cepat sehingga kita dapat menjadi makmur sebelum profil demografis kita menua secara signifikan.

Source link