China masih menjadi salah satu negara dengan proyeksi pertumbuhan miliarder yang tinggi. Menurut data laporan kekayaan Knight Frank, orang-orang dengan kekayaan bersih minimal US$ 30 juta diperkirakan akan meningkat hampir 50% dalam beberapa tahun di China.
Salah satu tempat yang menjadi daya tarik bagi miliarder China adalah Shanghai. Mereka membeli properti di kota Sungai Yangtze tersebut setelah Pemerintah China melonggarkan beberapa pembatasan pembelian properti. Transaksi properti mewah di Shanghai meningkat signifikan setelah pelonggaran tersebut.
Rumah mewah di Shanghai dianggap sebagai aset berharga untuk menjaga kekayaan dan likuiditas, terutama bagi individu dengan kekayaan bersih yang tinggi. Data menunjukkan volume transaksi untuk hunian baru dengan harga minimal US$ 2,75 juta per unit tumbuh 38% tahun ke tahun pada kuartal pertama tahun 2024.
Selain properti, miliarder China juga mulai merangkul berbagai kelas aset internasional, termasuk mata uang asing, ekuitas swasta, obligasi pemerintah AS, dan ekuitas negara berkembang. Beberapa investor China juga beralih ke pelestarian modal dan produk dengan imbal hasil lebih tinggi dan risiko rendah, seperti obligasi pemerintah AS.
Aliran uang ke aset internasional tercermin dalam peningkatan alokasi melalui skema seperti Investor Institusional Domestik Berkualitas (QDII) dan Kemitraan Terbatas Domestik Berkualitas (QDLP).
Tren ini menunjukkan bahwa orang kaya China bersikap konservatif dan lebih memilih investasi yang stabil dan berimbang. Mereka juga cenderung mengalokasikan dana ke aset internasional untuk mengurangi risiko dan meningkatkan keuntungan.