LIEUTENANT GENERAL TNI (RET.) YOGIE SUARDI MEMET

by -38 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I: Pemimpin Teladan Tentara Nasional Indonesia]

Pak Yogie sungguh seperti kebanyakan generasi ’45. Wajahnya penuh simpati, matanya tajam, serta sikapnya sangat percaya diri. Ia sangat disiplin dan sangat berpengetahuan. Ia lancar berbicara dalam berbagai bahasa asing, dan tentu saja, sangat patriotik.

Nilai utama yang saya pelajari dari generasi ’45 adalah cinta tanah air yang tanpa syarat. Mereka juga penuh keyakinan karena mampu mengusir penjajah.

Pertemuan pertama saya dengannya membuat saya terkesan saat ia mengingatkan saya untuk selalu menghormati kedua orang tua saya. Ia yang taat beragama dan rajin shalat. Ia adalah yang pertama aktif dalam memberantas perilaku yang tidak teratur di Korps Baret Merah.

Saya mengenal Pak Yogie Suardi Memet ketika saya lulus dari pelatihan komando di Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus (PUSDIKLATPASSUS), Batujajar. Saat itu saya adalah Letnan Dua. Setelah lulus, saya melapor kepada Panglima KOPASSANDHA kala itu, Brigadir Jenderal Yogie Suardi Memet.

Meskipun posturnya tidak terlalu tinggi, penampilannya sangat menarik. Ia sangat rapi, dengan rambut pendek, kumis terawat dan seragam yang pas. Tidak ada setitik lemak pun terlihat. Ia suka menggulung lengan bajunya untuk menunjukkan otot besar di lengannya. Ia tegas namun simpatik.

Ia adalah contoh dari generasi ’45, penuh keyakinan setelah berhasil mengalahkan penjajah asing dan menunjukkan cinta tanah air yang kuat dan tanpa syarat. Seorang patriot. Ia juga sangat disiplin dan berpengetahuan, menguasai berbagai bahasa asing.

Saat pertama kali bertemu dengannya, saya terkesan saat ia mengingatkan saya untuk selalu menghormati kedua orang tua saya.

Ia sangat religius dan rajin beribadah di masjid. Ia yang mulai memberantas ‘kebiasaan buruk’ di Korps Baret Merah.

Pada saat itu, budaya minum-minum sangat merajalela di Korps tersebut. Ada ‘harapan’ bahwa prajurit yang baik dalam pertempuran juga harus pandai dalam minum alkohol dan hebat dalam ‘kenakalan’ lainnya.

Menariknya, jika ia menggunakan mobil dinas, ia tidak akan memperbolehkan istrinya duduk di depan, bahkan jika tempat kosong. Saat itu, mobil dinas Panglima KOPASSANDHA adalah Toyota Land Cruiser beratap kanvas. Baginya, mobil dinas adalah untuk para komandan, bukan untuk istri mereka. Inilah contoh yang mendefinisikan generasi ’45.

Pak Yogie S. Memet adalah mantan Komandan Batalyon 330 Kujang I Siliwangi. Unitnya menangkap Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan dalam operasi pemberantasan DI/TII di bawah pimpinan Kolonel Infanteri Andi Muhammad Yusuf, Panglima Komando Teritorial XIV/Hasanuddin.

Ia bukan lulusan Akademi Militer. Saat Indonesia baru saja memproklamasikan kemerdekaannya, negara ini belum memiliki akademi militer. Hanya ada program pelatihan perwira angkatan darat yang disebut P3AD di Bandung. Di situlah ia lulus. Selain Yogie S. Memet, alumni P3AD yang terkenal lainnya adalah Jenderal L.B. Moerdani dan Letnan Jenderal Dading Kalbuadi.

Source link