Jakarta, CNBC Indonesia – Pengusaha e-commerce Colin Huang telah menjadi orang terkaya di China. Hal ini terungkap dari data Bloomberg Billionaires Index, Jumat (9/8/2024).
Dalam data tersebut, Huang, yang merupakan pendiri PDD Holdings pemilik Temu dan aplikasi ritel Pinduoduo, sekarang memegang kekayaan senilai US$ 48,5 miliar (Rp 772 triliun). Dengan nilai ini, Huang juga sekaligus menjadi orang terkaya ke-25 dunia.
Huang diketahui menyalip Zhong Shanshan, bos perusahaan minuman Nongfu Spring, yang telah menduduki puncak dalam daftar orang terkaya China sejak April 2021. Di belakang mereka adalah bos Tencent Ma Huateng dan pemilik Bytedance Zhang Yiming.
Siapa Huang?
Huang, lahir pada tahun 1980 di kota Hangzhou di China Timur, adalah seorang remaja jenius matematika dan mantan karyawan Google China. Pada tahun 2015, ia mendirikan situs belanja daring Pinduoduo, yang berkembang menjadi salah satu kerajaan e-commerce tersukses di Negeri Panda.
Aplikasi tersebut memikat konsumen dengan diskon besar dan beragam produk. Bahkan, Pinduoduo terkadang menawarkan harga yang sangat rendah di tengah persaingan yang ketat.
Versi luar negerinya, Temu, diluncurkan pada tahun 2022 di Amerika Serikat (AS). Di Negeri Paman Sam, Temu mengumpulkan basis konsumen setia dengan barang-barang berbiaya rendah yang dibuat dan dikirim dari China.
Keberhasilan aplikasi ini sejalan dengan inflasi tinggi yang terus-menerus yang telah mendorong konsumen yang sadar biaya untuk mencari barang murah. Sejak itu, Temu terus berkembang hingga Eropa dan Amerika Latin.
Meskipun baru hadir di Eropa tahun lalu, Temu mengatakan bahwa rata-rata memiliki sekitar 75 juta pengguna aktif bulanan di wilayah tersebut. Namun, keberhasilannya yang luar biasa telah menuai tuduhan praktik komersial yang tidak adil dan standar keselamatan yang longgar di Benua Biru.
Skandal
Tahun ini, kelompok konsumen di Eropa menuduh Temu memanipulasi pembeli agar menghabiskan lebih banyak uang. Hal ini kemudian mendistorsi kemampuan warga Eropa untuk membuat keputusan pembelian.
Dan pada bulan April, regulator Korea Selatan (Korsel) membuka penyelidikan terhadap Temu atas dugaan iklan palsu dan praktik yang tidak adil. Selain di luar negeri, masalah juga muncul di China sendiri.
Bulan lalu misalnya, ratusan pedagang di China berdemonstrasi di kantor afiliasi PDD di kota Guangzhou. Mereka menuduh adanya perlakuan tidak adil dalam penjualan produk mereka di platform tersebut.
Namun, hal itu tidak banyak mempengaruhi keberhasilan perusahaan. PDD Holdings mengumumkan pada bulan Mei bahwa laba bersih kuartal pertama meningkat lebih dari tiga kali lipat dari tahun ke tahun.
Saham perusahaan yang terdaftar di AS ditutup pada harga US$ 138,02 (Rp 2,2 juta) per saham pada hari Kamis. Sehingga kapitalisasi pasarnya mencapai US$ 191,68 miliar (Rp 3.051 triliun).
(sef/sef)