Marie Antoinette: Memuja Pesta dan Berjudi di Tengah Kesusahan Rakyatnya

by -109 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Nama Ratu Prancis Marie Antoinette viral. Dia merupakan simbol perempuan hedonisme global.

Lantas, bagaimana perjalanan hidup Marie Antoinette pada zamannya?

Marie Antoinette lahir di Wina, Austria, pada tanggal 2 November 1755. Dia berasal dari dinasti Hamburg Kerajaan Austria, yang kekuasaannya meliputi Austria, Hungaria, hingga Belanda Selatan.
Meskipun lahir di keluarga bangsawan, Marie cenderung tidak memanfaatkan keistimewaan tersebut untuk pengembangan dirinya. Berbeda dengan keluarga bangsawan lain yang cerdas, dia bahkan tidak bisa membaca dan menulis, sehingga membuatnya tidak mengerti sejarah, geografi, dan ilmu sosial lainnya.

Pada tanggal 16 Mei 1770, pada usia 14 tahun, Marie menikah dengan Pangeran Louis-Auguste dari Prancis. Pernikahan itu, seperti yang tertulis dalam biografi berjudul “Marie Antoinette: The Journey” (2001), memiliki motif politik karena bertujuan untuk mempererat hubungan antara dua kerajaan besar di Eropa, yaitu Prancis dan Austria.
Dari pernikahan ini, hidup Marie berubah. Dari seorang bangsawan biasa menjadi Ratu Prancis karena suaminya diangkat menjadi Raja Prancis Louis XVI pada tanggal 11 Juni 1775.

Saat menjadi ratu, rakyat terpesona oleh kecantikannya. Namun, selama memerintah Prancis, Marie sama sekali tidak mengerti kondisi bangsanya.
Dia banyak menghabiskan waktu untuk pesta dan tarian. Termasuk juga bersolek dan bermain judi. Kebiasaan-kebiasaan ini sebenarnya umum dilakukan oleh bangsawan Prancis lainnya.
Hanya saja, Marie melakukannya tanpa memperhatikan situasi terlebih dahulu. Yaitu saat kondisi negara sedang mengalami krisis.

Selama Louis XVI berkuasa, Prancis mengalami penurunan ekonomi. Kas negara hampir kosong akibat aliran dana untuk membantu Revolusi Amerika.
Hutang menumpuk. Upaya meningkatkan penerimaan pajak tidak memberikan hasil apa pun.
Sementara rakyat merasakan penderitaan. Mereka tidak bisa makan dan hidup dengan tenang. Di tengah kondisi ini, Marie abai dan tetap melanjutkan pesta dan tarian.
Parahnya, dia bahkan sempat membeli dua istana baru. Semuanya dipakai dari kas negara.
Aksi hedonisme Marie dijaga kerahasiaannya oleh istana agar rakyat tidak mengetahui. Namun, cerita itu akhirnya sampai juga kepada telinga rakyat.

Dengan demikian, mulai muncul mitos mengenai kehidupan ratu. Mulai dari kehidupan foya-foya hingga kehidupan ranjangnya bersama Louis VI.
Bahkan beredar kabar tentang ucapan tidak pantas yang diucapkan oleh ratu saat menanggapi kelaparan rakyat. “Ils n’ont pas de pain? Qu’ils mangent de la brioche! (Mereka tidak memiliki roti? Mereka bisa makan kue!)”
Semua gosip liar itu membuat rakyat marah dan membalikkan penguasa. Namun, semuanya tidak diketahui oleh Marie hingga 14 Juli 1799 atau saat rakyat menyerbu tempat tinggal Raja dan Ratu, Istana Versailles.
Pada saat itu, dia melihat langsung rakyat. Dia baru menyadari bahwa dia adalah Ratu Prancis yang tindakan dan perilakunya sangat diperhatikan rakyat.
Akhirnya, kewibawaannya sebagai penguasa hancur. Yang dijuluki ‘madame defisit’ itu kabur ke Austria. Untungnya, rakyat berhasil menangkapnya di perbatasan.
Setelah itu, pasangan raja dan ratu Prancis itu dipenjarakan sebelum akhirnya harus berakhir karena dipenggal lehernya dengan guillotine pada tanggal 16 Oktober 1793.

(mfa/sef)