LEADERSHIP OF INDONESIAN NATIONAL LEADERS [TEUKU UMAR]

by -38 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I]

Ada banyak contoh dalam sejarah bangsa kita di mana musuh melampaui kita dalam hal kekuatan, senjata, dan pengalaman. Namun, karena sikap yang tepat, karena kebaikan pimpinan kita, jujur, patriotik, cerdas, pekerja keras, dan tidak akan pernah tunduk pada dominasi bangsa asing, kita berhasil mengatasi segala rintangan berulang kali.

Salah satu kisah kepemimpinan paling cerdas dalam periode kolonial Nusantara berasal dari kisah kepemimpinan Teuku Umar. Sebagai anggota tentara Belanda, ia berhasil memperdaya Belanda dua kali dengan ‘perang palsu’ dan memperkuat gerakan perlawanan Aceh terhadap penjajah.

Sepanjang sejarah, terbukti berulang kali bahwa kunci kejayaan suatu bangsa adalah kepemimpinan. Ketika saya berada di angkatan bersenjata, saya belajar sebuah pepatah yang relevan untuk setiap prajurit di berbagai zaman: ‘tidak ada prajurit buruk, hanya komandan buruk.’

Saya belajar pepatah lain sebagai seorang perwira muda: ‘Seribu kambing yang dipimpin oleh harimau akan mengaum, tetapi seribu harimau yang dipimpin oleh kambing akan mengembek.’

Salah satu kisah kepemimpinan paling cerdas dalam periode kolonial Nusantara adalah Teuku Umar. Teuku Umar lahir di Meulaboh, Aceh Barat pada tahun 1854. Sejak kecil, Teuku Umar dikenal sebagai anak yang cerdas dan berani. Dia juga teguh dan tabah dalam menghadapi kesulitan.

Teuku Umar berusia 19 tahun ketika dia pertama kali mengangkat senjata dan bertempur melawan Belanda pada awal agresi Belanda pertama pada tahun 1873. Saat dia berusia 29 tahun, dia pura-pura menjadi kolaborator Belanda dan masuk ke dalam dinas militer Belanda. Dia disambut oleh Gubernur Van Teijn, yang berniat menggunakan Teuku Umar sebagai ‘agen’ untuk mendapatkan simpati Aceh.

Teuku Umar membuktikan dirinya kepada Belanda dengan menghancurkan pos pertahanan Aceh. Akibatnya, dia diberi peran lebih besar dalam memimpin 17 komandan dan 120 prajurit, termasuk seorang laksamana.

Perlawanan Teuku Umar terhadap Belanda dimulai ketika kapal Inggris “Nicero” terdampar pada tahun 1884. Kapten dan kru diambil sebagai sandera oleh Raja Teunom, yang menuntut uang tebusan. Pemerintah Kolonial Belanda memerintahkan Teuku Umar untuk merebut kembali kapal tersebut. Namun, dia menuntut diberikan banyak peralatan dan senjata. Belanda mengabulkan permintaannya.

Kemudian, Belanda terkejut dengan berita bahwa para prajurit mereka yang bergabung dengan Teuku Umar semuanya tewas di tengah laut. Teuku Umar mengambil semua senjata dan peralatan. Teuku Umar telah memihak kepada Aceh melawan Belanda, menjadi kegeraman Belanda.

Perang yang berkepanjangan antara Aceh dan Belanda memaksa Teuku Umar untuk merancang strategi baru, menggunakan trik lama yang sudah dia ketahui dengan baik. Sebagai ahli tipu muslihat sejati, sepuluh tahun kemudian, dia menyerahkan diri kepada Belanda lagi. Dia melakukannya dengan mengadakan ‘pertempuran palsu’ dan mengerahkan pasukan untuk mengirim pesan rahasia. Belanda, terkesan, memberinya gelar ‘Teuku Johan Jenderal Utama-Pahlawan Belanda’. Tiga tahun kemudian, seperti yang Anda ditebak, Teuku Umar mengkhianati Belanda untuk kedua kalinya. Dia membawa pasukannya dan 800 senjata, 25.000 peluru, 500 kg amunisi, dan $18.000 dalam uang tunai.

Setelah bertahun-tahun berperang melawan Belanda, Teuku Umar terpojok ketika dia tiba di pinggiran Kota Meulaboh. Tentara Belanda mengetahui lokasinya; Teuku Umar dan anak buahnya dikelilingi. Dia dan anak buahnya memilih untuk langsung melibatkan Belanda dan bertempur habis-habisan. Sebuah peluru musuh menembus dadanya. Teuku Umar mati sebagai seorang pahlawan.

Source link