Mantan Polisi Menjadi Kaya Raya Berkat Mesin ATM

by -78 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Paul Alex tidak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis karena mesin ATM.

Alex adalah seorang polisi yang memulai karirnya di San Francisco, Amerika Serikat. Dia tercatat sebagai polisi berprestasi, pernah menjadi detektif di Satuan Tugas Narkotika sebelum bergabung di Unit Korban Khusus. Pada tahun 2020, gajinya mencapai US$ 133.000 (Rp 2,5 miliar) per tahun.

Ditambah bonus dan benefit lainnya, pendapatannya mencapai US$ 272.000 (Rp 4,2 miliar). Meskipun pekerjaan sebagai polisi memberikan stabilitas keuangan, Alex merasa kehilangan keseimbangan hidup antara kehidupan profesional dan pribadi. Jam kerjanya bisa mencapai 60-100 jam setiap minggu. Pada suatu titik, Alex memutuskan untuk mengubah arah hidupnya. Dia berhenti mengambil lembur dengan konsekuensi pengurangan pendapatan.

Dia kemudian mulai mempertimbangkan untuk berinvestasi dalam aset bergerak agar bisa keluar dari pola pikir yang hanya mengandalkan gaji bulanan. Dengan begitu, gaji bulanannya bisa dialokasikan untuk kebutuhan tersier seperti liburan, membeli mobil, dan investasi tambahan.

Awal mula bisnis ATM

Pada tahun 2017, Alex terinspirasi untuk berinvestasi dalam mesin ATM. Ide ini muncul setelah dia mendapatkan informasi dari rekan kerja yang sedang mencari tahu tentang bisnis tersebut.

Kemudian, Dia mendalami ide tersebut dengan bergabung dalam grup media sosial, menonton YouTube, dan membaca berbagai informasi terkait bisnis ATM.

Bisnis ini sangat berbeda dengan pengetahuan yang dimilikinya. Namun, dia tertarik karena modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar.

Dibandingkan dengan bisnis properti yang memerlukan modal besar, modal untuk membangun ATM bisa kurang dari US$ 3.000 (Rp 46 juta). Selain itu, risikonya juga relatif kecil. Jika mesin ATM yang dibangun tidak menguntungkan di suatu lokasi, pemiliknya bisa memindahkan ke lokasi yang lebih strategis.

Oleh karena itu, dia melihat bisnis ATM sebagai investasi yang dapat bergerak. Tanpa menunggu lama, dia mulai menjalankan bisnis ATM pada tahun 2018 sebagai pekerjaan sambilan.

Ketika mesin ATM terpasang, cepat menghasilkan keuntungan. Tiga tahun setelah membuka ATM pertamanya, Alex mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai polisi pada Maret 2021.

Berdasarkan dokumen yang dilihat oleh Insider, dari Januari 2021 hingga April 2023, penjualan total Alex mencapai US$ 12 juta (Rp 185 miliar). Keuntungan bersihnya mencapai US$ 2,5 juta (Rp 38,6 miliar) melalui perusahaan ‘ATMTogether’ miliknya.

ATM Together menyediakan jasa mesin dan layanan ATM. Setelah mengetahui seluk-beluk bisnis transaksi keuangan, dia mendirikan perusahaan ‘Merchant Task Force’ yang menyediakan layanan terminal kartu kredit.

Pendapatannya mencapai US$ 844.000 (Rp 13 miliar) dengan keuntungan bersih US$ 742.000 (Rp 11,4 miliar) dalam periode yang sama.

Pencarian lokasi ATM

Pada tahun 2018 sebelum membuka mesin ATM pertamanya, Alex mengambil cuti selama 2 minggu untuk mencari lokasi strategis. Dia mencari area yang ramai sehingga dapat memberikan insentif ketika membuka mesin ATM.

Alex menyasar area wisata dan lokasi padat seperti klub malam, restoran, dan perkantoran. Dia juga menawarkan kepada pelaku usaha kecil untuk menempatkan mesin ATM tanpanya biaya tambahan.

Dia menceritakan pengalamannya menghubungi ratusan pelaku usaha dan berjalan kaki ke lebih dari 20 lokasi.

“Ketika saya pertama kali memulai bisnis ini, saya banyak mendapat penolakan. Sangat sulit bagi saya untuk bekerja [sebagai polisi] sambil berpikir keras tentang bisnis sampingan ini,” katanya.

Awalnya, Alex berencana membuka 3 titik mesin ATM. Namun, dia berhasil mengamankan 6 lokasi mesin ATM, antara lain 3 di toko minuman keras, 2 di salon potong rambut, dan 1 di salon kecantikan di wilayah San Francisco.

Ketika mesin mulai beroperasi, Alex menyimpan uang di dalamnya sekitar US$ 2.000-3.000 (Rp 31-46 jutaan).

Alex menyadari bahwa pendapatan minimum dari 1 mesin ATM rata-rata US$ 200 (Rp 3 juta per bulan). Dalam sebulan, dia menyadari bahwa lokasi yang paling banyak digunakan untuk melakukan transaksi ATM adalah di toko minuman keras.

Komisi penarikan uang di lokasi-lokasi tersebut memberikannya keuntungan lebih besar, yaitu US$ 250-500 per bulan per mesin ATM. Sementara lokasi lain hanya menghasilkan keuntungan sebesar US$ 25-100 (Rp 385 ribu hingga Rp 1,5 juta) per mesin ATM.

Dia memberi waktu pada mesin ATM-nya selama 2 bulan sebelum memutuskan apakah akan mempertahankan lokasi yang sama atau memindahkan ke wilayah lain.

Alex mengakui memiliki mentor dari Facebook yang sudah lebih dulu sukses dalam bisnis ini. Berdasarkan masukan yang diterimanya, akhirnya dia memindahkan 3 mesin ATM dari salon kecantikan dan salon potong rambut ke supermarket dan toko minuman keras lainnya.

Dari keputusan tersebut, dia mulai mendapatkan keuntungan lebih besar. Rata-rata keuntungan bulanannya dari satu mesin mencapai US$ 600 (Rp 9,2 juta) per bulan.

Dalam waktu 6 bulan, mesin ATM-nya semakin ramai, dan keuntungan per unit mencapai US$ 3.000 (Rp 46 juta) per bulan. Artinya, dalam waktu 6 bulan, dia sudah bisa menutup modal yang dikeluarkan.

Strategi bisnis ATM

Ketika Alex sudah mengumpulkan cukup uang untuk menambah mesin ATM, dia menyadari masih membutuhkan modal untuk menyediakan uang tunai di mesin ATM. Akhirnya, dia mendaftarkan dua kartu kredit dan menggunakannya untuk membeli mesin.

Dia sengaja memilih kartu kredit yang tidak memiliki bunga selama 1 tahun pertama. Dengan begitu, dia memiliki waktu untuk mengumpulkan lebih banyak uang tunai tanpa membayar bunga setiap bulan.

Ketika pertama kali membeli 6 mesin ATM, Alex merasa beruntung karena mendapatkan diskon. Namun, dia akhirnya menyadari bahwa mekanisme tersebut tidak menguntungkan karena dia harus membayar komisi 30% dari pendapatannya.

Agen yang dia ajak kerja sama mengatakan bahwa itu adalah hal yang wajar, namun akhirnya dia menemukan cara yang lebih menguntungkan.

Mesin selanjutnya dia beli langsung dari produsen, tanpa melalui agen. Tidak semua mesin baru, ada yang direvitalisasi. Kisaran harganya lebih murah, US$ 1.800-2.200 tergantung model mesin.

Dengan mekanisme tersebut, dia tidak perlu membayar komisi sebesar 30% ke agen lainnya. Akibatnya, dia semakin untung dan bisa membeli mesin ATM tambahan dengan lebih cepat.

Pada tahun 2020, Alex sudah memiliki 30 mesin ATM yang tersebar di San Francisco. Masing-masing memberikan keuntungan US$ 250-1.500 per bulan.

Rata-rata keuntungan gabungan dari mesin ATM yang dimilikinya mencapai US$ 9.000-12.000 (Rp 139-185 juta) per bulan. Meski belum mencapai gaji dari pekerjaan utamanya sebagai polisi, dia semakin fokus mengelola bisnis ATM.

Pada tahun 2021, Alex berhasil mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat. Dia akhirnya memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai polisi dan menikmati kehidupan sebagai pengusaha ATM yang lebih fleksibel.

Dia kemudian bertemu dengan penyedia mesin ATM dan bekerja sama untuk menjadi penyedia mesin. Melalui mekanisme ini, dia bisa lebih santai dalam mengelola bisnisnya.

Pelajaran berharga yang diambil Alex dari pengalaman ini adalah terus berusaha untuk berinvestasi pada diri sendiri.

“Menambah pengetahuan untuk diri sendiri adalah hal yang paling penting,” ujarnya.

“Semuanya bermula dari rekan kerja saya yang memiliki ide ini. Saya kemudian mengambil ide tersebut dan mencari tahu lebih dalam. Saya menggunakan berbagai media dan membaca banyak sumber. Akhirnya, saya berani untuk mengeksekusinya hingga sekarang,” katanya.