Pangeran Sunda Menolak Kehidupan Mewah, Melarikan Diri dari Istana dan Memilih Hidup Sederhana

by -22 Views

Mayoritas orang membayangkan hidup di istana akan diselimuti keistimewaan. Segala permintaan akan dituruti. Tak heran, orang ingin bersaing untuk berada di istana.

Namun, kisah berbeda datang dari pangeran Sunda Kerajaan Pakuan, Bujangga Manik. Meskipun sudah hidup enak di istana, dia justru tidak betah dengan kemewahan tersebut. Akhirnya, dia memilih pergi menjelajahi Jawa dan hidup sederhana sebagai rakyat biasa.

Bujangga Manik adalah Pangeran Kerajaan Sunda Pakuan yang hidup sekitar tahun 1490-an. Meskipun tumbuh besar di Istana Raja Gunung Salak yang penuh kemewahan, dia merasa tak betah dengan kehidupan di istana yang hanya dinikmati oleh sebagian kecil orang di lingkaran kekuasaan.

Mendengar anaknya kabur, Raja dan Ratu awalnya menghormati keputusannya. Namun, mereka menjadi khawatir ketika mengetahui Bujangga Manik tak akan kembali seperti biasanya. Bujangga Manik kemudian pergi ke Timur Jawa dan menjalani kegiatan spiritual di sepanjang perjalanan.

Setelah kembali ke istana, Bujangga Manik lagi-lagi merasa tidak betah. Kali ini disebabkan oleh kisah cinta dan perlakuan ibunya yang menginginkannya menikah. Meskipun banyak orang menganggapnya aneh, Bujangga Manik tetap memutuskan untuk meninggalkan istana untuk selama-lamanya.

Bujangga Manik pergi jalan kaki ribuan kilometer menjalani kehidupan sederhana sebagai petapa. Dari Pakuan, dia pergi ke Jawa Tengah hingga Bali, dan kemudian kembali lagi ke arah Jawa Barat hingga akhirnya wafat di kaki Gunung Patuha.

Artikel diatas menceritakan perjalanan hidup Bujangga Manik yang mengutamakan kesederhanaan dan kehidupan spiritual daripada kemewahan dan kemegahan istana.