Jarang Terjadi, Seorang Jendral Memilih untuk Pensiun dan Menjadi Pedagang Ayam

by -21 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Menjadi seorang jenderal adalah impian semua tentara mulai dari pangkat terendah. Namun, bagaimana jika seorang tentara yang sudah mencapai impian tersebut justru memutuskan untuk pensiun dini dan beralih menjadi penjual ayam?

Demikianlah yang dialami oleh Marsekal TNI (Purn) Sri Mulyono Herlambang. Setelah melewati perjalanan menjadi jenderal bintang 3, Sri Mulyono memutuskan tiba-tiba untuk keluar dari dinas militer dan fokus pada usaha penjualan ayam.

Sri Mulyono Herlambang adalah seorang prajurit TNI dari kesatuan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Awalnya, ia karier sebagai seorang penerbang dan terus berkembang menjadi staf operasi hingga mencapai posisi tertinggi di AURI. Pada bulan November 1965, Sri diangkat oleh Soekarno menjadi Kepala Staf Angkatan Udara menggantikan Omar Dhani.

Meskipun demikian, pengangkatan Sri terjadi setelah adanya peristiwa G30S yang mengguncang politik Indonesia, yang mengakibatkan kematian beberapa perwira Angkatan Darat. Setelah G30S, AURI menjadi sasaran utama dari lawan politik Soekarno karena dituduh terlibat dalam peristiwa berdarah tersebut.

Tuduhan tersebut sebenarnya telah dibantah oleh Soekarno, namun tidak dapat menghilangkan tuduhan tidak beralasan terhadap AURI. Pamor AURI terus menurun dan beberapa petinggi di dalamnya juga diganti, termasuk Omar Dhani yang digantikan oleh Sri Mulyono sebagai Kepala Staf AURI.

Namun, karier Sri sebagai Kepala Staf tidak berlangsung lama. Setelah 4 bulan, ia pun digantikan kembali. Menurut Humaidi dalam bukunya, pergantian tersebut merupakan upaya pembersihan internal di AURI karena keduanya dekat dengan Soekarno dan diduga terlibat dalam G30S, meskipun tidak ada bukti yang mendukung tuduhan tersebut.

Bahkan, tuduhan tersebut membuat Omar Dhani dan Sri ditahan oleh pemerintah Orde Baru. Sri sendiri ditahan selama 1 tahun, sedangkan Omar ditahan dalam waktu yang cukup lama. Pada tanggal 1 April 1967, Sri memutuskan untuk mundur sebagai seorang prajurit AURI setelah mengabdi selama 17 tahun.

Setelah tidak lagi menjabat sebagai seorang Marsekal alias jenderal bintang tiga, Sri memutuskan untuk berbisnis dan menjalani kehidupan baru sebagai penjual ayam. Dia memilih untuk beralih profesi agar dapat menghindari rasa dengki dan iri yang sering mewarnai pergantian rezim. Menurutnya, sebagai seorang tukang ayam, tidak ada yang peduli padanya.

Sri mulai berbisnis di halaman rumahnya di kawasan Jakarta Selatan dengan mengimpor bibit ayam petelur dan ayam potong dari Amerika Serikat dan Jepang. Pada tahun 1970-an, ayam negeri yang diperkenalkan oleh Sri dipercayakan bisa mendatangkan keuntungan karena pada saat itu masyarakat Indonesia lebih suka ayam kampung.

Meskipun bukan hal yang mudah bagi seorang prajurit untuk beralih profesi menjadi pedagang ayam, Sri tetap menekuni bisnis tersebut karena itulah satu-satunya mata pencahariannya. Pada akhirnya, bisnis ayam negeri yang digeluti oleh Sri sukses di pasaran. Ia bahkan mendirikan PT Daria Poultry Farm dan mampu menjual 750 ekor ayam potong setiap minggunya.

Kesuksesan dalam bisnis ayam juga membawa Sri untuk berkolaborasi dengan pengusaha Bob Sadino. Sri memberikan 50 ekor ayam secara gratis kepada Bob untuk modal memulai restoran Kem Chicks. Kesuksesan Kem Chicks membawa keuntungan bagi Sri sebagai pemasok ayam.

Tidak hanya berbisnis ayam, Sri juga mulai terlibat dalam bisnis aviasi. Ia mulai berdagang suku cadang, peralatan bandara, layanan angkutan udara, dan menjadi konsultan penerbangan, semuanya di bawah naungan perusahaan PT Conavi Aviation Consultant.

Namun, perjalanan karier Sri akhirnya berakhir pada 21 Mei 1907 karena alasan kesehatan. Sebelum meninggal, Sri berhasil membuat namanya kembali harum melalui usaha perusahaannya.

Artikel ini disadur dari CNBC Indonesia.