Gelar Menteri Termiskin RI disandang Sosok Ini, Berperan Penting dalam Pembangunan Megaproyek Ini

by -2433 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Indonesia terpilih, Prabowo Subianto, telah mengumumkan nama-nama menteri, kepala badan, dan wakil menteri yang akan duduk di kabinet mendatang setengah minggu sebelum pelantikan presiden pada 20 Oktober 2024.

Seperti sebelumnya, para menteri baru akan mendapatkan fasilitas dari negara. Sebut saja, seperti fasilitas mobil, rumah, hingga berbagai fasilitas lain yang akan melekat selama menjadi pejabat negara.

Meskipun begitu, sikap Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Sutami, seharusnya bisa menjadi teladan. Pasalnya, dia menjadi sosok langka karena menolak fasilitas mewah dari negara ketika menjabat sebagai pembantu presiden.

Menteri Termiskin

Sebagai catatan, Sutami menjadi menteri PUPR sejak 1964 hingga 1978. Artinya, dia menjadi pembantu kepada dua presiden yang berbeda, yaitu Soekarno dan Soeharto.

Dalam rentang waktu 14 tahun menjabat, Sutami selalu menjadi sorotan atas gaya hidupnya yang berbeda dari menteri lain, yaitu menolak fasilitas mewah yang diberikan negara. Hal ini disebabkan karena dia melihat langsung kondisi masyarakat di lapangan.

Dari situlah, dia berpikir bahwa tidak pantas menunjukkan kemewahan di tengah kondisi rakyat yang memprihatinkan. Sebagai gantinya, Staf Ahli Sutami, Hendropranoto, dalam kesaksiannya berjudul “Sutami Sosok Manusia Pembangunan Indonesia” (1991) menceritakan bahwa atasannya lebih suka berjalan kaki, terutama saat mengunjungi daerah terpencil.

Berjalan kaki dipilih karena lebih efisien dan mudah. Sutami tidak ingin merepotkan orang yang biasanya sering direpotkan untuk mempersiapkan kedatangannya. Biasanya, dia berjalan kaki hingga berjam-jam untuk meninjau berbagai proyek infrastruktur.

Dengan melakukan ini, Sutami dapat mengetahui implementasi dari pengerjaan proyek di bawah naungannya. Selain itu, jika ada permasalahan, bisa cepat diselesaikan. Baginya, pembangunan infrastruktur di pedesaan dan daerah terpencil lebih bermanfaat bagi rakyat kecil, alih-alih difokuskan untuk kepentingan industri dan pengusaha.

Dari kebiasaan ini, Sutami kemudian dijuluki banyak orang sebagai “Menteri Termiskin”. Sejauh ini, julukan itu tidak dipersalahkan Sutami. Atas dasar ini, kehidupannya sebagai pejabat negara jauh dari sensasi.

Dalam pewartaan Tempo (22/11/1980), tutur kata dan keseharian Sutami juga kental dengan kerendahan hati. Sebagai intelektual dan profesional di bidangnya, pria kelahiran 19 Oktober 1928 ini dikenal sederhana dan sangat merakyat.

Sayangnya, Sutami tidak bisa melanjutkan jabatan sebagai menteri karena sakit, sehingga harus berakhir pada 29 Maret 1978. Dua tahun kemudian, tepat pada 13 November 1980, dia meninggal dunia.

Meski sudah tiada, karya-karya Sutami yang jauh dari sensasi semasa menjabat banyak dirasakan manfaatnya hingga saat ini. Sejumlah megaproyek yang terbangun olehnya termasuk tol Jagorawi, Jembatan Semanggi, Jembatan Ampera, dan lainnya.

(mfa/mfa)