Nabi Muhammad sangat memperhatikan pentingnya wewangian dalam ibadah, seperti yang disebutkan dalam hadits riwayat Al-Bukhari. Beliau menganjurkan umatnya untuk menggunakan parfum jika memilikinya. Kesukaan Nabi terhadap kayu gaharu juga tercatat, dengan Aisyah RA menyebutkan bahwa kayu gaharu merupakan wewangian favorit beliau. Namun, kayu gaharu bukanlah tanaman asli Arab Saudi atau Timur Tengah, melainkan harus diimpor dari wilayah lain seperti Indonesia, dengan harga yang cukup tinggi.
Gaharu, yang dikenal dengan sebutan Agarwood dalam bahasa Inggris, memiliki popularitas yang meluas di berbagai peradaban dunia. Sejak zaman India Kuno hingga China pada abad ke-7, gaharu telah digunakan untuk keperluan keagamaan dan wewangian. Namun, sulitnya akses dan kelangkaan gaharu menjadi masalah serius bagi pengguna di seluruh dunia. Pohon yang menghasilkan gaharu harus mengalami infeksi mikroba atau jamur untuk menghasilkan wewangian yang diinginkan, dan hanya sebagian kecil pohon yang mampu menghasilkan gaharu berkualitas tinggi.
Di Indonesia, kayu gaharu sering digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari pembuatan rumah sampai sebagai bahan baku parfum berharga tinggi. Pengiriman kayu gaharu dari Indonesia ke Timur Tengah telah terjadi sejak zaman kolonial hingga kini, membuktikan sejarah perdagangan dan penggunaan gaharu yang kaya akan nilai. Hingga saat ini, gaharu berkualitas tinggi dapat mencapai harga yang sangat tinggi, menjadikannya tanaman berharga ‘harta karun’ asli Indonesia.