Gaharu, Potensi Komoditas Berharga di Indonesia
Menurut sumber-sumber tradisional Islam, ada lima benda yang dipercaya turun dari surga, di antaranya adalah tongkat Nabi Musa, Buah Tin, cincin Nabi Sulaiman, Hajar Aswad, dan Kayu Gaharu. Nabi Muhammad sendiri menguatkan posisi penting Kayu Gaharu dalam salah satu riwayat yang dituturkan Imam Bukhari, bahwa gaharu akan dipakai oleh penghuni surga. Meskipun mungkin terdengar tidak terlalu umum, gaharu yang menjadi barang langka dan berharga ini sebenarnya tidak asing bagi Indonesia. Tanaman ini merupakan tanaman tropis yang berasal dari Indonesia, sehingga kesaksian atas keberadaannya oleh Nabi Muhammad juga dipercayai berasal dari Indonesia.
Gaharu bukanlah pohon biasa, melainkan tanaman yang sakit. Aroma wangi yang khas berasal dari infeksi mikroba atau jamur pada tanaman gaharu yang terluka. Penelitian menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil populasi tanaman gaharu yang mengalami luka dan menghasilkan aroma tersebut. Hal ini menyebabkan penawarannya menjadi langka dan harganya pun sangat mahal. Di Indonesia, gaharu banyak ditemukan di Sumatera, dan kerajaan-kerajaan kuno sudah melakukan ekspor kayu gaharu ke berbagai belahan dunia.
Sejarah mencatat bahwa Indonesia telah menjadi pusat perdagangan kayu gaharu sejak zaman dahulu. Selain ke Arab, gaharu juga dijual ke pedagang Mesir, seperti Abu al-Abbas yang menghasilkan kekayaan melimpah berkat perdagangan kayu gaharu. Bahkan wilayah sumber gaharu lainnya di Indonesia, seperti di Sumatera Barat, juga telah memainkan peran penting dalam perdagangan ini. Hingga saat ini, gaharu masih menjadi komoditas berharga dengan harga jual yang tinggi, mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah per kilogramnya.
Kisah sejarah perdagangan gaharu ini tidak hanya mengungkap potensi ekonominya, tetapi juga menggambarkan kekayaan alam Indonesia yang berlimpah. Dengan nilai jual yang tinggi, gaharu menjadi salah satu potensi komoditas yang patut diperhatikan dalam pengembangan ekonomi Indonesia.