Tragedi Baju Lebaran: Pembunuhan Mencengangkan di Zaman Kolonial

by -28 Views

Menjelang perayaan Lebaran, masyarakat perlu memastikan pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan. Hal ini penting untuk mencegah munculnya aksi kriminalitas, seperti kasus yang terjadi pada Lebaran di tahun 1350 H atau Januari 1932. Sebuah peristiwa tragis terjadi di Tanjung Priuk, Jakarta (kala itu dikenal sebagai Batavia), di mana seorang istri tewas dibunuh oleh suaminya sendiri. Koran De Indische courant pada tanggal 9 Mei 1932 melaporkan peristiwa tersebut akibat dari permintaan sang istri untuk mendapatkan baju baru sebagai persiapan Lebaran. Suami yang bernama Telo bin Saleh menolak permintaan tersebut karena alasan keuangan saat itu sedang sulit akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Meskipun demikian, istri terus mendesak suaminya untuk membelikan baju baru, mengakibatkan pertengkaran yang berujung pada pembunuhan.

Kasus ini membuktikan bahwa tradisi membeli baju baru untuk Lebaran bukanlah hal baru di Indonesia. Bahkan sebelumnya, warga Indonesia telah melakukannya. Penerangan agama Islam dari pemerintah kolonial Belanda, Snouck Hurgronje, mencatat bahwa tradisi ini sudah ada di beberapa kota di Indonesia sejak lama. Di Aceh misalnya, orang lebih memilih membeli baju baru daripada daging saat menjelang Lebaran. Meskipun tradisi ini dianggap sebagai pemborosan oleh beberapa pejabat kolonial, Snouck Hurgronje menolak larangan tersebut dan menyatakan bahwa Lebaran adalah saat yang istimewa yang harus dirayakan dengan suka cita.

Sebuah catatan dari masa lampau yang mengingatkan kita akan pentingnya merencanakan keuangan dengan bijak dan menghormati tradisi tanpa sampai mengorbankan kestabilan finansial keluarga. Lebaran adalah saat yang berharga untuk merayakan dengan kebahagiaan dan kedamaian, namun tetap perlu diimbangi dengan kesiapan finansial yang matang untuk menghindari konflik yang tidak diinginkan.

Source link