Gunung Tambora: Letusan Besar yang Menggemparkan Dunia
Thomas Stamford Raffles, pemimpin militer dan penguasa Hindia Belanda, merasa bingung ketika laporan-laporan dari Jawa dan luar Jawa menyebut suara ledakan mirip meriam tanpa sumber yang jelas sejak Mei 1815. Raffles merespons laporan tersebut dengan serius, khawatir akan invasi negara asing tanpa sebab yang jelas. Namun, setelah nyata tidak ada ancaman, Raffles memerintahkan penyelidikan ke seluruh Nusantara.
Setelah enam minggu penyelidikan, ternyata suara ledakan mirip meriam tersebut berasal dari letusan Gunung Tambora pada 10 April 1815, yang terletak sekitar 1.000 km dari Raffles. Dampak letusan Gunung Tambora sangat mengerikan, dengan hujan abu dan batu yang menghantam kawasan sekitar gunung.
Warga setempat harus berurusan dengan kehilangan sumber air dan makanan, tanah longsor, dan bangunan hancur. Di pesisir, warga terkena tsunami yang mengambil banyak korban jiwa. Hilangnya sinar matahari dan hujan abu juga menyebabkan banyak kasus diare karena air tercemar.
Informasi tentang letusan Gunung Tambora baru tersebar setelah bantuan kemanusiaan tiba terlambat dan menemukan mayat-mayat bergelimpangan di jalanan. Letusan Tambora diketahui telah menewaskan puluhan ribu orang di sekitar Sumbawa, dengan dampak global yang menciptakan “The Year Without Summer”. Dukungan dari Owen Philips setelah enam minggu kejadian memberikan gambaran betapa dahsyatnya bencana tersebut.