Formula 1 siap menghadapi dampak dari kebijakan tarif yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump, menurut pakar industri Mark Gallagher. Meskipun kebijakan tarif yang baru diumumkan akan berlaku untuk lusinan negara dalam 90 hari ke depan, pasar global yang goyah dan masalah yang muncul menunjukkan bahwa F1 kemungkinan akan merasakan tekanan di sektor tertentu. Grand Prix Jepang, balapan yang berlangsung pekan ini, akan menjadi yang pertama sejak kebijakan tarif ini diumumkan.
Industri otomotif secara keseluruhan diprediksi akan terpukul oleh kebijakan tarif baru ini, dengan beberapa pabrikan mobil di F1 seperti Mercedes-Benz, Ferrari, dan McLaren, diprediksi akan terkena dampak yang signifikan. Gallagher menyoroti kemungkinan dampak dari tariff ini, terutama pada penjualan perusahaan-perusahaan mobil di Amerika Serikat dan potensi perubahan besar dalam situasi pasar di Amerika Utara.
Haas, satu-satunya tim F1 yang berbasis di Amerika, sedang memantau perkembangan terkait tarif ini meskipun optimis bahwa mereka tidak akan terpengaruh. Sementara itu, potensi penguncian anggaran oleh mitra dan sponsor tim dalam beberapa bulan mendatang juga dipertimbangkan sebagai dampak dari kebijakan tarif Trump. F1, seperti olahraga motor pada umumnya, telah menghadapi sejumlah tantangan dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun demikian, Gallagher percaya bahwa Liberty Media Corporation, pemilik F1, tidak perlu panik.
Ditengah keadaan pasar global yang tidak menentu dan ketidakpastian politik yang ada, perusahaan di industri otomotif termasuk Formula 1 perlu mewaspadai potensi dampak dari kebijakan tarif Trump. Meskipun tantangan besar telah dihadapi sebelumnya, F1 diprediksi akan tetap tenang dan beradaptasi dengan kondisi saat ini demi kelangsungan bisnis yang lebih baik di masa depan.