Miliarder Korea Utara Memamerkan Kemewahan di Tengah Rakyat Miskin

by -26 Views

Korea Utara dikenal sebagai negara dengan tingkat kemiskinan yang tinggi, dimana mayoritas warganya sulit memenuhi kebutuhan hidup dasar seperti makanan dan air bersih. Hal ini disebabkan oleh buruknya tata kelola pemerintah, sanksi ekonomi, dan sentralisasi ekonomi. Meskipun demikian, ada sejumlah kecil orang kaya atau miliarder di negara itu, yakni sekitar 1% dari populasi.

Menurut Anna Fifield, penulis buku “The Great Successor”, keberadaan miliarder ini muncul seiring dengan kebangkitan ekonomi Korea Utara. Pada tahun 2000-an, negara ini mulai membuka pasar ekonominya dan memperbolehkan warganya untuk membuka bisnis sendiri. Para miliarder ini berasal dari kelompok donju, yaitu individu yang memiliki modal dan mendirikan bisnisnya sendiri.

Dalam laporan Japan Times, disebutkan bahwa pendirian bisnis oleh perseorangan di Korea Utara harus mengikuti sistem bagi hasil dimana sebagian besar pendapatan masuk ke kas negara. Kelompok donju banyak yang berusaha mendekatkan diri dengan pemerintah untuk bisa membuka bisnis, namun tidaklah mudah. Pemerintah Korea Utara sendiri berusaha memanjakan kelompok ini agar mereka tetap tinggal di negara itu dan sebagai upaya untuk meningkatkan citra mereka.

Kelompok donju tersebut kemudian ditempatkan di wilayah yang disebut Pyonghattan, dimana mereka diberikan fasilitas mewah seperti pusat perbelanjaan dengan merek-merek ternama, hiburan, tempat wisata, dan restoran-restoran mewah yang menyajikan menu dari berbagai wilayah dunia. Namun, ironisnya, kesenjangan sosial di Korea Utara semakin besar dengan adanya kelompok orang kaya ini sementara mayoritas populasi masih kesulitan memenuhi kebutuhan hidup dasar.

Dengan jumlah miliarder yang hanya sekitar 1%, peningkatan kemewahan yang diberikan oleh pemerintah ini hanya dialami oleh segelintir orang, sementara 99% populasi harus bertahan dengan keterbatasan dalam mengakses kebutuhan hidup dasar. Miliarder di Korea Utara ini menjadi gambaran kontras antara kelas mewah dan mayoritas populasi yang hidup dalam keterbatasan.

Source link