Seorang mantan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Sutami, mencuri perhatian dengan gaya hidupnya yang sederhana dan rendah hati meskipun menjabat sebagai pejabat tinggi di masa pemerintahan Soekarno dan Soeharto. Sutami menolak menerima pemberian negara dan memilih hidup miskin sebagai bentuk solidaritas dengan rakyat yang masih sengsara. Dikenal dengan kebiasaan berjalan kaki untuk meninjau proyek-proyek infrastruktur yang menjadi tanggung jawabnya, Sutami mampu memahami secara langsung implementasi pembangunan. Meskipun dijuluki sebagai “Menteri Termiskin”, Sutami tidak pernah kehilangan rasa rendah hati dan tetap merakyat dalam interaksi sehari-harinya.
Setelah pensiun, Sutami tetap hidup dengan sederhana dan terus berjuang meskipun menderita penyakit liver kronis. Bahkan ketika sakit, Sutami enggan pergi ke rumah sakit karena khawatir tidak mampu membayar tagihan. Kabar kemiskinannya akhirnya sampai ke telinga Presiden Soeharto yang langsung menawarkan bantuan medis, namun Sutami akhirnya meninggal pada tahun 1980. Meskipun sudah tiada, karya-karya besar Sutami dalam pembangunan infrastruktur seperti tol Jagorawi dan Jembatan Semanggi tetap memberikan manfaat bagi masyarakat hingga kini. Sebuah contoh nyata bahwa keterlibatan dan kesederhanaan seseorang dalam menjalankan tugas publik bisa memberikan dampak positif yang mendalam bagi bangsa dan negara.