Saat masuk ke dalam garasi NEOM McLaren Formula E Team, setiap orang diberikan perangkat jemala dan handie talkie. Mereka juga diminta untuk meninggalkan telepon genggam mereka karena larangan merekam aktivitas di dalam garasi. Perangkat ini dirancang untuk kedap suara, sehingga selama sesi, suara yang terdengar hanyalah suara mobil di pit lane, komunikasi antara pembalap, insinyur, dan pemandu. Bahkan suara dari orang yang berdiri di sebelah tidak dapat didengar selama menggunakan perangkat tersebut.
Dalam garasi berukuran sekitar 60 meter persegi, terdapat 27 kru yang bekerja di pos masing-masing. Delapan insinyur bekerja di depan komputer jinjing untuk merancang strategi balapan. Ketika pembalap diinstruksikan untuk masuk pit, tim teknisi siap mengganti ban dalam waktu kurang dari dua detik. Mereka bisa menukar ban belakang ke depan atau ban kanan ke kiri tergantung pada kondisi sirkuit dan tingkat keausan.
Berbeda dengan Formula 1, di Formula E, ban sangat terbatas demi mendukung keberlanjutan. Setiap pembalap hanya memiliki dua set ban untuk setiap akhir pekan balapan, ditambah satu set lagi untuk balapan double header. Ketika ada kecelakaan yang menghentikan sesi latihan, pembalap kembali ke pit dan menunggu di dalam mobil sampai situasi bersih.
Selain melakukan pit stop untuk pengisian daya tambahan, sesi Pit Boost juga dimanfaatkan untuk mengunduh data ke komputer. Kecerdasan insinyur dalam merancang strategi, serta kemampuan pembalap dalam menerapkannya, menjadi faktor utama kesuksesan dalam balapan Formula E. Dalam setiap balapan, track engineer bisa menyusun hingga 18 skenario taktik untuk pembalap dan pengalaman balapan mereka sangat diuji karena teknologi tidak memberikan bantuan penuh. Formula E tidak hanya tentang keberlanjutan, tapi juga tentang kemahiran dan kecerdasan seluruh tim dan pembalap.