Toto Wolff, Prinsipal Mercedes, memberikan pandangan bahwa menjadi tim yang dianggap tidak diunggulkan dalam persaingan gelar juara Formula 1 memberikan keuntungan psikologis. Pernyataan ini muncul setelah Max Verstappen berhasil memangkas defisit poinnya di Austin dengan meraih kemenangan di sprint dan grand prix. Meskipun McLaren menguasai kejuaraan pembalap F1 2025 sebelum jeda musim panas, momentum telah bergeser belakangan ini dengan Red Bull dan Verstappen menunjukkan performa yang luar biasa. Bertengger di posisi kedua klasemen, Verstappen kini hanya tertinggal 40 poin dari pemimpin, Oscar Piastri, yang membuat persaingan semakin menarik.
Menurut Wolff, menjadi tim pemburu daripada diburu memberikan keunggulan tersendiri dalam pertandingan. Sebagai tim yang dianggap tidak diunggulkan, probabilitas kemenangan pastinya berada di tangan lawan, namun hal ini juga membuka peluang bagi kejutan setiap saat. Wolff menambahkan bahwa dalam situasi ini, pembalap cenderung memiliki gaya mengemudi yang berbeda. Pembalap dengan keunggulan akan lebih berhati-hati dan konservatif dalam aksinya, sementara pembalap yang mengejar lebih cenderung berani dalam memasang strategi serangan. Hal ini terlihat jelas dalam balapan di Circuit of the Americas, di mana persaingan antara Verstappen, Norris, dan Leclerc begitu menarik.
Verstappen, yang dianggap sebagai pembalap yang harus dikalahkan dalam F1 saat ini, terus menunjukkan keunggulan dan performa yang luar biasa. Dengan kendaraan yang kompetitif, Verstappen mampu meraih poin besar dan memimpin klasemen sementara. Dengan masih tersisa lima grand prix dan dua balapan sprint di musim ini, persaingan masih sangat terbuka. Sebagai pembalap terbaik saat ini, Verstappen tengah dalam performa terbaiknya untuk merebut gelar juara dunia.
