Setiap tanggal 31 Oktober, beberapa negara, terutama di Amerika Serikat, merayakan hari Halloween dengan kostum seram dan aksesori yang khas. Menurut survei tahunan dari National Retail Federation (NRF), belanjaan Halloween diperkirakan mencapai 13,1 miliar dolar AS tahun ini. Aktivitas yang paling populer termasuk membagikan permen, berdandan dengan kostum, dan mendekorasi rumah atau halaman. Perayaan Halloween memang identik dengan keseruan berdandan seram menggunakan kostum hantu, namun ada risiko medis yang mengerikan terkait dengan penggunaan kostum.
Menurut profesor anatomi di Lancaster University, Adam Taylor, kostum Halloween bisa menjadi sumber masalah kesehatan jika tidak digunakan dengan benar. Masker yang berat, kostum yang terlalu panjang, dan bahkan alergi terhadap lateks yang sering digunakan dalam kostum dapat menimbulkan berbagai risiko kesehatan, mulai dari iritasi kulit hingga reaksi alergi berat. Kostum Halloween sering kali hanya dirancang untuk dipakai sekali dan menggunakan bahan poliester tipis yang dapat berbahaya bagi kesehatan manusia.
Selain itu, penggunaan kostum Halloween dari merek ultra-fast fashion juga membawa risiko tersendiri. Beberapa produk telah ditemukan mengandung bahan berbahaya seperti timbal, ftalat, dan formaldehida yang dapat membahayakan kesehatan, terutama pada anak-anak. Penggunaan lensa kontak mata yang tidak sesuai juga bisa menyebabkan komplikasi serius, mulai dari iritasi hingga infeksi yang berpotensi mengarah pada kebutaan.
Ada risiko tambahan terkait dengan cat wajah dan aksesori gigi yang digunakan dalam kostum Halloween. Cat wajah, jika tidak digunakan dengan benar, bisa menyebabkan iritasi kulit atau bahkan masalah pada mata. Sementara gigi taring palsu atau aksesori gigi yang tidak sesuai dapat merusak gigi secara permanen. Dengan memahami risiko kesehatan yang terkait dengan penggunaan kostum Halloween, kedepannya orang tua dapat lebih berhati-hati saat memilih kostum dan aksesori untuk merayakan Halloween.
