Belajar dari Philip Hampton Knight, Kelinci Percobaan-Cuan Senilai Rp 637 Triliun

by -131 Views

Nike, Merek Terkenal Lahir dari Eksperimen Sepatu

Jakarta, CNBC Indonesia – Nike adalah salah satu merek sepatu ternama di dunia. Namun, tak banyak orang tahu jika pada awalnya ada seseorang yang ‘dikorbankan’ jadi kelinci percobaan.

Menariknya, meski jadi bahan eksperimen sosok ini kini malah punya harta US$ 40,8 miliar atau Rp 637 T. Bagaimana kisahnya?

Kisah kelinci percobaan ini terjadi pada Philip Hampton Knight atau Phil Knight sejak tahun 1960-an. Kala itu, Phil Knight yang jadi atlet lari di University of Oregon bertemu pelatihnya bernama Bill Bowerman.

Kebetulan, Bowerman punya ide gila. Ia ingin membuat sepatu sendiri.

Bermodalkan ilmu dari tukang sepatu yang ditemuinya, dia lantas belajar banyak membuat sepatu. Mulai dari pengukuran kaki, pemilihan bahan, hingga pembentukan bagian-bagian fungsional lain.

Semua itu dilakukannya setiap minggu. Jadi, tiap minggu berganti ada sepatu baru yang bakal diuji coba. Dan untuk memastikan sepatu itu layak pakai, Bowerman menunjuk Phil Knight sebagai kelinci percobaan.

Knight dalam Shoe Dog: A Memoir by the Creator of NIKE (2016) bercerita sebenarnya ada 5 orang lain yang jadi kelinci percobaan atas ide gila pelatihnya itu. Namun, dari kelima orang itu, hanya Knight yang cukup disayang.

Alasannya, karena Knight bukan atlet lari yang baik. Jadi, untuk meningkatkan kualitas berlari, Bowerman melihat ini peluang besar untuk eksperimen sepatunya. Pikirnya, siapa tahu sepatu itu bisa membuat Knight jago lari.

“Sebagai mahasiswa baru dan junior, saya tidak dapat menghitung berapa kali saya mengikuti balapan lari untuk ujicoba sepatu buatan Bowerman,” kenang Knight.

Namun, di balik itu semua, rupanya ada berkah tersendiri yang kelak mengubah jalan hidup Knight. Setelah menjadi kelinci percobaan, hubungan Knight dan Bowerman semakin dekat.

Kedekatan keduanya lantas berlanjut saat memulai bisnis sepatu Blue Ribbon Sports (BRS) pada Januari 1964. Di BRS, Knight sebagai founder dan Bowerman menjadi co-founder. Keduanya memang tidak membuat sepatu, tetapi hanya distributor dan menjual sepatu buatan Jepang di tanah Paman Sam.

BRS baru membuat sepatu sendiri pada tahun 1970-an. Ini terjadi usai Bowerman melakukan eksperimen membuat sol sepatu dari cetakan wafel. Tentu, lagi-lagi hasil eksperimen ini diujicoba lagi oleh Knight. Tak disangka eksperimen itu sangat memuaskan.

Sejak itulah, keduanya lantas memproduksi sepatu sendiri. Kelak, BRS berubah nama menjadi Nike pada tahun 1971. Bersamaan itu pula diperkenalkan “Swoosh” sebagai logo baru Nike yang masih eksis hingga sekarang.

Tahun-tahun berikutnya Nike segera menjelma jadi perusahaan raksasa sepatu dunia. Pada tahun 1980 saja, Nike sudah menguasai 50% pasar sepatu di Amerika Serikat. Rekor ini makin besar usai perusahaan melantai di bursa saham di tahun yang sama.

Kini, mengutip CNBC International, Nike memiliki penjualan lebih dari US$ 30 miliar atau Rp447,2 miliar. Sementara Knight dicatat Forbes memiliki harta US$ 40,8 miliar atau Rp 637 T.