Kekayaan Miliarder Meningkat 114% Sementara 5 Miliar Orang di Dunia Terjerumus dalam Kemiskinan

by -104 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Laporan tahunan Oxfam tahun 2024 semakin memperlihatkan kesenjangan dunia yang kian parah. Di mana kekayaan secuil miliarder meningkat sementara miliaran warga bumi jatuh dalam lubang kemiskinan.

Sejak tahun 2020 misalnya, kekayaan bersih lima orang terkaya dunia meroket 114% dengan total harta gabungan mencapai US$ 869 miliar atau Rp 13,59 kuadriliun. Mereka yang hartanya meroket antara lain:

Elon Musk, melonjak 737% menjadi US$ 245,5 miliar.
Bernard Arnault, naik 111% menjadi US$ 191,3 miliar.
Jeff Bezos, naik 24% menjadi US$ 167,4 miliar.
Larry Elizon, naik 107% menjadi US$ 145,5 miliar.
Warren Buffet, naik 48% menjadi US$ 119,2 miliar.

Namun, pada sisi lain, di saat mereka mengalami kenaikan kekayaan, Oxfam mencatat 5 miliar orang di seluruh dunia yang jatuh miskin akibat inflasi, perang, dan krisis iklim. Lebih parah lagi, banyaknya jumlah orang miskin itu terjadi berkat sikap-sikap tidak terpuji para orang terkaya dunia.

“Dengan menekan pekerja, menghindari pajak, melakukan privatisasi negara, dan memicu kerusakan iklim, perusahaan mendorong kesenjangan dan bertindak demi memberikan kekayaan yang lebih besar kepada pemiliknya yang kaya,” tulis laporan yang terbit pada akhir pekan lalu, sebagaimana dimuat CNN International Rabu (17/1/2024) itu.

Oleh karena itu, Oxfam menyarankan pemerintah harus secara radikal mendistribusikan kembali kekuasaan para miliarder dan korporasi ke masyarakat luas. Caranya dengan melakukan intervensi untuk menghentikan monopoli, memberdayakan pekerja, mengenakan pajak atas keuntungan perusahaan, dan memulai investasi pada barang dan jasa publik.

“Dunia yang lebih setara dapat terwujud jika pemerintah secara efektif mengatur dan memikirkan kembali sektor swasta,” tulisnya.

Meski begitu, Direktur Keadilan Ekonomi Oxfam Nabil Ahmed mengatakan, ada beberapa titik terang di tengah meningkatnya kesenjangan. Ahmed menyebut para pekerja kini sudah mulai mengerahkan kekuatan lewat aksi pemogokan dan kesepakatan perbaikan kondisi kerja.

Selain itu, negara juga mulai berpihak kepada penguatan hak-hak pekerja. “Kita berada di Era Emas yang baru, namun para pekerja, regulator, serikat pekerja, dan pengorganisir komunitas mulai membuat terobosan di dalamnya,” kata Ahmed.

Pada akhirnya, kesenjangan ini bisa selesai apabila kekuasaan publik berhasil mengekang kekuasaan korporasi. Sehingga terbentuk pasar yang lebih adil dan bebas dari kendali para miliarder.

[Gambas:Video CNBC]

(mfa/sef)