Guru Ngaji RI Jadi Pahlawan Dunia, Mengajarkan Jutaan Muslim Membaca Al-Qur’an

by -86 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Keahlian dalam membaca Al-Qur’an oleh masyarakat Indonesia saat ini mungkin tidak terlepas dari peran penting K.H As’ad Humam. Dia adalah seorang guru ngaji asal Yogyakarta yang telah membantu jutaan orang Indonesia dan juga di luar negeri untuk fasih dalam membaca Al-Qur’an.

Banyak orang mungkin tidak mengetahui siapa sebenarnya As’ad Humam, tetapi jika melihat karyanya, pastinya akan terkejut. As’ad Humam adalah pencipta metode cara belajar Al-Qur’an dengan cepat, yaitu Iqro, yang juga terdapat foto beliau di bagian belakang buku Iqro.

Mitsuo Nakamura dalam bukunya “The Crescent Arises Over the Banyan Tree” (2012) menjelaskan bahwa K.H As’ad Humam lahir di Yogyakarta pada tahun 1933. Beliau merupakan generasi kedua dari keluarga Muhammadiyah, yaitu H. Humam Sirajd, seorang pengusaha sukses di Selokraman.

As’ad menempuh pendidikan dari tingkat rendah hingga tinggi di sekolah Muhammadiyah. Namun, pada tahun 1963, nasibnya berubah setelah mengalami insiden jatuh dari pohon saat usianya 18 tahun yang mengakibatkan kerusakan tulang belakang. Dokter memvonisnya cacat seumur hidup, membuatnya harus berjalan dengan tongkat dan leher yang tidak bisa bergerak.

Sejak saat itu, beliau tidak bisa melanjutkan sekolah dan beralih profesi menjadi guru ngaji. Selama menjadi guru ngaji, As’ad dikenal sebagai sosok yang mampu mengajarkan murid membaca Al-Qur’an dengan cepat. Dengan metode konvensional, seseorang membutuhkan waktu 2-3 tahun untuk bisa membaca Al-Qur’an.

Namun, melalui metode yang dia ciptakan, seseorang dapat mahir membaca Al-Qur’an dalam hitungan bulan. Beliau mengajarkan cara membaca Al-Qur’an kata per kata, dari yang paling mudah hingga sulit. Awalnya, murid diberikan kata-kata sederhana seperti “ba-ta”, “a-ba-ta”, “ja-ja”, dan seterusnya hingga kalimat yang lebih panjang.

Dengan cara ini, pembelajaran membaca Al-Qur’an menjadi lebih sederhana dan dapat dimengerti oleh murid, terutama anak-anak. Metode ini kemudian dikenal sebagai Iqro yang diperkenalkan secara luas oleh As’ad pada tahun 1983.

Melalui laporan dari Gatra (1996), Iqro pertama kali diuji coba kepada anak-anak di bawah pengawasan tim tadarus Angkatan Muda Masjid dan Musholla (AMM) Yogyakarta. Metode ini kemudian berkembang di TKA/TPA (Taman Kanak-Kanak Al-Quran/Taman Pendidikan Al-Quran) yang didirikan oleh AMM pada tahun 1988. Dalam uji coba tersebut, terbukti murid-murid dapat membaca Al-Qur’an lebih cepat.

Keberhasilan ini membuat pemerintah melihat metode Iqro sebagai cara terbaik untuk mengatasi buta aksara Al-Qur’an. Sejak saat itu, penggunaan metode Iqro semakin luas. Buku Iqro pun mulai disebarluaskan oleh pemerintah dengan mengirim rekaman dan buku ke seluruh Indonesia. Popularitas Iqro juga meluas ke luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Jutaan buku Iqro pun telah dicetak oleh penerbit.

Menariknya, hasil penjualan buku tersebut tidak dimasukkan ke kantong pribadi As’ad, melainkan dialirkan untuk kepentingan umat. Uang dari penjualan buku digunakan untuk membangun pusat pengajian dan sarana keagamaan lainnya.

Sayangnya, As’ad tidak sempat melihat kesuksesan karyanya dalam jangka waktu lama. Beliau meninggal dunia pada Februari 1996. Saat mengantarkan As’ad Humam ke peristirahatan terakhir, Menteri Agama Tarmizi Taher menyebut As’ad sebagai pahlawan yang telah menyelamatkan masyarakat dari buta aksara terhadap kitab suci umat Islam, Al-Qur’an.

Ungkapan ini memang tidak berlebihan, karena metode Iqro masih dianggap sebagai cara terbaik untuk mengajarkan orang membaca Al-Qur’an hingga saat ini.