Jakarta – Politisi Gerindra Bambang Haryo Soekartono (BHS) mengkritisi langkah pemerintah dalam menaikkan Cukai Hasil Rokok (CHT) sebagai upaya untuk mengurangi jumlah perokok pemula yang dianggapnya tidak tepat.
“Jumlah perokok pemula sangat sedikit dibanding perokok aktif yang sudah dewasa. Mereka belum mampu membeli atau hanya sekadar menyamping,” ujar BHS pada Sabtu (15/6) dalam pernyataan tertulis.
Menurut politisi Gerindra ini, banyak perokok pemula berasal dari keluarga berkecukupan. Meskipun naiknya harga rokok, mereka tetap mampu membelinya. Sementara kalangan menengah ke bawah tidak mampu membeli rokok.
BHS menegaskan bahwa penegakan aturan hukum adalah cara yang lebih efektif untuk mengurangi perokok pemula. Regulasi yang memberikan efek jera seperti sanksi pidana dan denda harus diterapkan dengan konsisten.
Selain itu, pengawasan terhadap penerapan aturan juga harus diperketat. BHS menekankan pentingnya peran sekolah dan orang tua dalam sosialisasi aturan tersebut.
Menurut BHS, pendapatan dari Cukai Hasil Rokok sebaiknya dialihkan ke sektor kesehatan dalam bentuk sosialisasi gaya hidup sehat. Cukai rokok merupakan kontribusi besar bagi pendapatan negara dan menurutnya, perlu diarahkan untuk program preventif.
Sumbangan industri rokok terhadap pendapatan negara sangat besar, dengan penerimaan cukai selama 17 tahun terakhir yang hampir selalu melebihi target. Dalam kurun waktu tersebut, cukai rokok memberikan kontribusi sekitar 7,8 persen dari pendapatan negara secara keseluruhan.
Melalui sosialisasi ini, generasi muda diharapkan dapat memahami bahaya merokok dan mengambil langkah preventif untuk mencegahnya.