Sukses Berkat Holding UMi, Penjual Kue & Baju yang Sempat Terpuruk Mampu Bangkit

by -56 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Tidak ada usaha yang bisa berjalan lancar tanpa mengalami hambatan. Hal ini dialami oleh Neneng Kurniasih, seorang penjual kue dan baju di daerah Rindam, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Usahanya sempat terganggu akibat pandemi Covid-19.

Awalnya, Neneng memulai usaha dengan berjualan kue kering. Setelah berhasil mengumpulkan keuntungan, ia memperluas usahanya dengan menambah produk berupa penjualan baju secara kredit.

“Pertama-tama saya memulai usaha berjualan kue kering pada tahun 2012. Kue tersebut dijual dengan sistem pre-order. Dari usaha berjualan kue kering tersebut, modal untuk usaha baru terkumpul, dan saya memanfaatkannya untuk berjualan baju secara kredit kepada orang-orang. Namun, usaha saya mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19,” ungkap Neneng seperti dilansir pada Selasa (25/6/2024).

Setelah tidak berjualan untuk sementara waktu akibat pandemi Covid-19 dan modal yang minim untuk memulai usaha kembali, Neneng kemudian dikenalkan dengan program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) dari PT PNM oleh salah satu temannya. Layanan ini merupakan pinjaman modal untuk perempuan pelaku UMKM prasejahtera yang diluncurkan sejak 2015.

“Saya mencoba untuk meminjam modal dari PNM Mekaar sekitar tahun 2021-2022. Saya mendapatkan pinjaman sekitar Rp 6 juta. Modal tersebut saya gunakan untuk menjalankan usaha penjualan baju, karena saya merasa saat itu persaingan dalam penjualan makanan sudah cukup banyak. Namun, setelah usaha penjualan baju menghasilkan keuntungan, saya kemudian menggunakan pinjaman tersebut sebagai modal untuk berjualan kue kering lagi,” tambah Neneng.

Melalui produk usahanya yang bernama ‘Nastar Jadoel Emak Nye Ociit’, Neneng menerima banyak pesanan kue kering dengan bermacam-macam jenis. Nastar dalam kemasan toples 500 gram dijual seharga Rp 60.000, sagu keju Rp 55.000, putih salju Rp 60.000, biji ketapang Rp 40.000 dalam kemasan 600 gram, dan peyek kemasan toples 5 liter seharga Rp 40.000.

Selain itu, Neneng juga menerima pesanan dimsum. Biasanya, pesanan datang dari mahasiswa di sekitar tempat usahanya di Jakarta Timur. Semua pesanan makanan biasanya dipesan terlebih dahulu melalui WhatsApp.

Adapun penjualan baju Neneng mengaku cukup laris. Ia biasanya membeli pakaian dari pasar atau toko yang lebih besar, kemudian menjualnya ke pelanggan dengan sistem kredit tempo satu bulan. Neneng juga tidak mengambil keuntungan besar dari penjualan baju ini, sehingga banyak orang tertarik untuk membeli baju darinya. Berkat pinjaman modal dari PNM Mekaar, omzet usaha Neneng meningkat.

“Dengan bergabung dengan PNM Mekaar, saya tidak hanya mendapatkan pinjaman modal usaha, tetapi juga mengenal anggota lain dari PNM Mekaar. Melalui kelompok atau komunitas ini, saya dapat memperluas pemasaran dan mendapatkan lebih banyak pembeli. Banyak ibu-ibu anggota PNM Mekaar yang memesan kue kering dan baju dari saya. Dengan pendapatan yang meningkat, saya kini bisa mencapai omzet usaha di atas Rp 5 juta per bulan,” tambahnya.

Neneng merasa bersyukur karena berkat modal pinjaman dari PNM Mekaar, ia dapat menjalankan usahanya dengan lebih baik. Hal ini memberikan dampak positif pada perekonomian keluarganya, termasuk mampu menyekolahkan anaknya tanpa kendala biaya.

Direktur Bisnis Mikro BRI juga menekankan pentingnya pemberdayaan ekonomi dari lapisan terbawah. Program Mekaar dari BRI, PNM, dan Pegadaian dalam mengembangkan ekonomi di tingkat grassroot melalui Holding Ultra Mikro (UMi) menjadi contoh nyata bahwa transformasi ekonomi sejati dimulai dari bawah. Dengan memberdayakan pelaku usaha mikro, mereka bukan hanya menjadi agen pertumbuhan ekonomi lokal, tetapi juga turut serta dalam pembangunan ekonomi nasional secara menyeluruh.

Sejak dibentuk pada bulan September 2021, total kredit yang disalurkan kepada pelaku usaha mikro dan ultra mikro per Kuartal I-2024 mencapai Rp 622,6 triliun. Jumlah tersebut mencakup sekitar 47,6% dari total pembiayaan BRI dengan jumlah nasabah mencapai 36,8 juta.

“Pemberdayaan dikembangkan tidak hanya melalui pemberian kredit, namun juga didampingi. Selain itu, mereka juga diajari untuk menabung,” pungkasnya.

Artikel Selanjutnya
Kenalkan Kelawi, Juara Desa BRILiaN Hijau Berkat Inovasi Berkelanjutan

(dpu/dpu)