Raih Kesuksesan dan Kekayaan dengan Mengambil Inspirasi dari Komunitas Yahudi

by -162 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk meraih kesuksesan. Namun, proses dan waktu yang dilalui oleh setiap orang berbeda.

Namun, ketika bicara tentang kesuksesan, kita tidak bisa mengabaikan jejak perjalanan orang-orang Yahudi. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa orang Yahudi memiliki peluang lebih besar untuk meraih kesuksesan. Hal ini didasarkan pada banyak pencapaian tinggi mereka sepanjang sejarah dunia.

Selama abad ke-20, contohnya, orang Yahudi di Barat berhasil menjadi tokoh intelektual dan menempati kelas ekonomi tertinggi. Banyak dari mereka juga berhasil meraih penghargaan tertinggi dalam ilmu pengetahuan, yaitu Nobel.

Dalam kurun waktu 1901-1962, 16% pemenang Nobel dalam ilmu pengetahuan adalah orang Yahudi. Sebagai contoh, fisikawan terkenal keturunan Yahudi, Albert Einstein, berhasil meraih Nobel di bidang fisika pada tahun 1921.

Bahkan menurut penelitian Paul Burstein dalam “Jewish Educational and Economic Success in the United States” (2007), secara khusus ditemukan bahwa di Amerika Serikat, orang Yahudi lebih sukses secara ekonomi dan pendidikan dibandingkan dengan kelompok ras dan bangsa lainnya.

Lalu, mengapa hal ini bisa terjadi? Apa rahasia di balik kesuksesan orang Yahudi?

Percakapan tentang kesuksesan orang Yahudi sebenarnya telah memicu rasa penasaran para peneliti sejak lama. Menurut Richard Lynn dan Satoshi Kanazawa dalam “How to explain high Jewish achievement” (2008), setidaknya ada dua hipotesis yang dapat menjelaskan pencapaian tinggi mereka.

Pertama, orang Yahudi terbukti memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Keberhasilan orang Yahudi yang sukses dan memiliki pencapaian tinggi telah terjadi sejak lama. Banyak dari mereka yang telah berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan kesejahteraan manusia.

Namun, pandangan ini didasarkan pada pengamatan empiris dan pengukuran kualitatif. Sebagai contoh, Jacobs dalam tulisannya “Jewish Contribution to Civilization” (1919) menyebutkan bahwa “orang Yahudi Jerman berada di puncak kesuksesan Eropa.” Namun, karena belum ada tes kecerdasan seperti tes IQ pada saat itu, pernyataan ini belum tentu dapat dipertanggungjawabkan.

Barulah dengan berkembangnya tes IQ pada pertengahan abad ke-20, hipotesis bahwa orang Yahudi memiliki kecerdasan tinggi dapat diperkuat oleh hasil tes tersebut. Hasil tes menunjukkan bahwa orang Yahudi memiliki kecerdasan di atas rata-rata.

Selain itu, alasan kedua untuk kesuksesan mereka didasarkan pada nilai-nilai budaya yang kuat. Menurut Lynn dan Kanazawa, nilai budaya yang dimaksud adalah etos kerja untuk mencapai kesuksesan.

Bagi keluarga Yahudi, kesuksesan adalah hal yang mutlak dan harus dicapai oleh setiap generasi. Oleh karena itu, setiap orang tua mengharuskan anak-anak mereka untuk berprestasi. Mereka memberikan asupan gizi terbaik dan mendorong minat anak-anak mereka dalam membaca. Mereka percaya bahwa literasi adalah satu-satunya jalan untuk keluar dari kebodohan.

Sejarah membuktikan hal ini, seperti yang terjadi pada era Kekhalifahan Islam Abbasiyah (750 M-1258 M). Pada saat itu, orang Yahudi mengalami penghancuran kuil yang traumatis. Dari sinilah mereka menjadi terinspirasi untuk belajar membaca dan melepaskan diri dari buta huruf.

Ketika mereka memiliki literasi yang baik, mereka meninggalkan pekerjaan di sektor pertanian dan fokus pada sektor literasi dan pendidikan. Mereka percaya bahwa dua hal tersebut akan membawa kesejahteraan dari segi pendapatan. Oleh karena itu, orang Yahudi sangat berorientasi pada pendidikan.

Selain dua alasan tersebut, sejarawan Jerry Z. Muller juga menyampaikan pendapatnya di Project Syndicate. Menurutnya, kesuksesan orang Yahudi juga terkait dengan diskriminasi yang mereka alami, yang berdampak pada dua hal.

Pertama, mereka memiliki hubungan yang kuat antara satu sama lain. Hubungan ini menjadi pembuka jalan rezeki bagi mereka. Mereka saling mengenal, bisa memulai pekerjaan dan bisnis baru.

Kedua, mereka belajar untuk mencari peluang baru yang tidak diminati oleh banyak orang, sehingga dapat meningkatkan posisi mereka. Mereka terlibat dalam bidang perdagangan atau menciptakan penemuan baru yang belum dipikirkan sebelumnya.

Dalam hal menciptakan penemuan baru yang berkaitan dengan kreativitas, riset Paul Burstein dalam “Jewish Educational and Economic Success in the United States” (2007) menjelaskan bahwa ini terjadi karena mereka skeptis terhadap ide-ide konvensional yang ada di tempat tinggal mereka. Mereka berpikir kreatif untuk menciptakan cara baru yang merangsang kreativitas dan kecerdasan intelektual. Semua ini akhirnya membawa mereka menuju kesuksesan di bidang ekonomi.

Setidaknya itulah beberapa resep rahasia kesuksesan ala orang Yahudi. Cara-cara ini sebenarnya dapat ditiru oleh siapa saja. Karena untuk meraih kesuksesan dan kekayaan, kita perlu belajar banyak dari orang lain, terlepas dari suku, agama, atau etnisnya.

[Gambas:Video CNBC]