Pensiun Bangkrut, Harta Rp10 T Terkuras

by -104 Views

Jakarta, CNBC Indonesia- Bagi sebagian orang menjadi atlet adalah profesi impian. Apabila berprestasi, maka kehormatan dan kekayaan akan datang dengan cepat. Semakin tinggi level kompetisi, semakin besar pula pendapatan yang didapatkan, mencapai miliaran rupiah untuk satu orang.

Meskipun begitu, semua ini bersifat sementara karena hanya terjadi pada masa produktif atlet tersebut. Setelah usia tua dan tidak produktif, maka era kejayaan yang membawa uang akan berakhir. Atlet akan terpaksa pensiun dan menjalani kehidupan baru yang seringkali cukup menyedihkan.

Rangkaian peristiwa ini dialami sepenuhnya oleh Mike Tyson, petinju legendaris yang hidupnya berbalik arah dan terjerembab dalam jurang kemiskinan setelah pensiun. Bagaimana ceritanya?

Masa kecil Tyson sangat sulit, baik dari segi ekonomi, mental, maupun fisik. Dia sering menjadi korban bullying oleh teman-teman sekolahnya hanya karena bertubuh kecil. Dalam kondisi seperti itu, jelas dia tidak mampu membalas atau melawan.

Namun, Tyson diselamatkan oleh pelatih tinju bernama Constantine ‘Cus’ D’Amato. Cus mengajari Tyson olahraga tinju: bagaimana cara memukul dan menghindari pukulan lawan. Berkat pelajaran ini, Tyson mulai bangkit dan berani melawan para perundung. Melihat perkembangan yang pesat, Cus menyadari bahwa Tyson akan lebih baik jika diarahkan ke ranah profesional.

Cus mendorong Tyson untuk menjadi atlet tinju dan dia resmi memulai karir profesionalnya pada 6 Maret 1985, tepat pada usia 19 tahun. Sejak itu, Tyson menjadi seorang petinju yang sukses dan mengagumkan.

Meskipun bertubuh kecil, Tyson berhasil mengalahkan lawan-lawannya dengan teknik yang mematikan. Pertandingannya selalu ditunggu-tunggu oleh penonton. Selama kariernya, Tyson berhasil meraih 16 gelar juara dunia. Salah satu gelar tersebut ia raih saat berusia 20 tahun, yang membuatnya memecahkan rekor sebagai petinju termuda yang pernah menjadi juara dunia. Hingga saat ini, rekor ini masih belum terpecahkan.

Selain itu, Tyson juga selalu berhasil meraih kemenangan dalam berbagai pertandingan tinju di berbagai kelas. Secara keseluruhan, dia berhasil memenangkan 27 pertandingan tanpa kekalahan.

Kejayaannya dalam tinju membawa kekayaan. Pada masa keemasannya, Tyson bisa menerima bayaran sebesar US$30 juta atau sekitar Rp400 miliar per pertandingan. Dengan pendapatan sebesar itu, Tyson menjadi miliarder dalam waktu singkat setelah beberapa kali bertanding.

Namun, segala kekayaan tersebut tidak dimanfaatkannya dengan baik. Tyson menghabiskan uangnya untuk membeli mobil dan rumah mewah. Dia bahkan pernah membeli rumah senilai US$4 juta atau sekitar Rp62 miliar di Nevada dan California. Tyson juga kerap memboroskan uangnya untuk membeli barang-barang mewah yang sebenarnya tidak ia butuhkan.

Kekayaannya akhirnya membuatnya terlena. Dia menjadi malas berlatih dan lebih suka hidup mewah. Dia lupa bahwa setiap orang memiliki masa kejayaan yang berakhir.

Akibatnya, Tyson selalu kalah dalam pertandingan. Kehidupan profesionalnya terganggu oleh harta yang berlebihan dan dia terjebak dalam masalah hukum, termasuk kasus pemerkosaan. Brand-brand mulai enggan bekerjasama dengan Tyson karena catatan kriminalnya. Pendapatan Tyson mulai menurun.

Meskipun demikian, Tyson tidak berhenti menghambur-hamburkan uangnya. Dia tetap hidup mewah meskipun pendapatannya tidak mampu menopang gaya hidupnya.

Semua kejadian tersebut membuat Tyson menyatakan bangkrut pada tahun 2003. Dia kehilangan semua uangnya dan harus hidup dengan hutang.

Tyson akhirnya pensiun pada tahun 2005 setelah mengalami serangkaian kekalahan. Saat pensiun, Tyson tidak memiliki harta dan harus memulai hidup dari nol.

Untungnya, setelah hampir 20 tahun sejak pensiun, kehidupan Tyson mulai membaik. Dia berhasil menjadi miliarder lagi setelah sukses berkarir sebagai aktor dalam berbagai film.

(Artikel ini telah tayang di CNBC Indonesia dengan judul “Mengapa Mike Tyson Bangkrut Usai Jadi Juara Tinju?”).