Banyak Kesalahan Dalam Mengasumsikan, Merek Tas Ini Dibuat di RI Bukan di Prancis

by -252 Views

Sebagian besar orang mengira bahwa tas Sophie Martin diimpor dari Prancis. Apalagi, tas ini diberi nama Sophie Martin Paris dan produsennya mengklaim bahwa semua produk didesain di Paris.

Namun, yang belum banyak diketahui orang adalah bahwa tas ini sebenarnya bukan berasal dari Paris. Faktanya, tas tersebut dibuat di Indonesia, tepatnya di ruko lawas di daerah Kebayoran, Jakarta Selatan.

Kisah Sophie Martin Paris tidak lepas dari sosok Bruno Hasson, seorang warga Prancis yang besar di sana. Pengunjungannya yang pertama ke Indonesia dilakukan pada tahun 1993, setahun setelah lulus kuliah dari sekolah pertanian pemerintah Prancis.

Bruno datang ke Indonesia murni karena rasa penasaran, ingin tahu kondisi Indonesia yang pada saat itu dianggap sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tinggi. Dia percaya bahwa dalam situasi seperti itu, segala jenis bisnis akan berjalan dengan baik. Sehingga, setibanya di Indonesia, Bruno mulai berbisnis dari nol.

Selama berbisnis, Bruno selalu memperhatikan kebiasaan orang Indonesia yang gemar menggunakan tas. Menurutnya, tas-tas yang digunakan kebanyakan berkualitas buruk dan harganya mahal. Di samping itu, dia juga menemukan produsen tas yang mengklaim bahwa produk mereka berasal dari Prancis dan didesain oleh desainer Prancis, padahal kenyataannya tidak begitu.

Dari sinilah, Bruno melihat ada kesenjangan. Masyarakat Indonesia ingin tampil mewah dengan menggunakan tas buatan Prancis, namun pada saat itu tidak ada produsen yang benar-benar mengimpor tas dari Prancis. Sehingga, pada tahun 1995, Bruno dan istrinya mendirikan pabrik tas sendiri dengan PT Nadja Sukses Utama yang beroperasi di Kebayoran dan menggunakan nama Sophie Martin untuk menarik perhatian masyarakat.

Untuk memperkuat citra Prancis, Bruno sengaja menggunakan penggalan nama istri, Sophie Martin, yang memiliki asosiasi kuat dengan Prancis.

Sebagai informasi, istri Bruno sudah lebih dulu berkecimpung di industri ini. Dia pernah bekerja di perusahaan importir tas Italia milik ayahnya dan juga pernah menjadi desainer tas di Dior.

Awalnya, Bruno dan istrinya hanya memiliki mesin jahit dan 30 karyawan. Semua proses pembuatan tas dilakukan secara manual, menghasilkan tas yang rapi dengan harga yang tidak terlalu mahal.

Namun, ketika dipasarkan ke mall-mall Jakarta, tas tersebut tidak begitu laku. Barulah, tas tersebut mulai dikenal dan laku saat Bruno menjual Sophie Martin lewat mekanisme multi level marketing (MLM). Melalui MLM, tas Sophie Martin bisa terbentuk jalur distribusi sendiri yang membuat namanya semakin dikenal. Bahkan, Bruno mengklaim bahwa pada tahun 2008, anggota MLM Sophie Martin sudah mencapai 1 juta anggota.

Sampai sekarang, Sophie Martin lewat PT Sophie Paris Indonesia masih eksis meski sudah banyak kompetitor dari dalam dan luar negeri. Sophie Martin kini tidak hanya menjual tas, tetapi juga jam tangan, dompet, dan parfum. Merek ini juga sudah go-international dengan mendirikan toko di beberapa negara Asia Tenggara dan Maroko.