Prabowo Subianto Unggul Usai Kalah Berkali-kali di Pilpres, Pengamat: ‘Man of The Moment’ untuk Demokrasi

by -245 Views

Jakarta – Pengamat politik Igor Dirgantara menilai keunggulan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dalam pemilihan presiden 2024 adalah bukti bahwa proses demokrasi di Indonesia berjalan dengan baik melalui pemilu.

Menurut Igor, keunggulan ini terjadi karena Prabowo yang sebelumnya kalah dalam dua pertarungan pemilihan presiden pada tahun 2014 dan 2019, tetap setia dan konsisten dalam berjuang melalui jalur demokrasi dengan kembali mengikuti pemilihan pada tahun 2024.

“I akhirnya, dalam pemilu 2024 Prabowo berhasil memetik hasil dari perjuangannya. Meskipun melelahkan, namun hasilnya manis melalui jalur konstitusional. Ini menunjukkan bahwa Prabowo saat ini adalah The Man of The Moment yang dipilih secara demokratis oleh rakyat sebagai Presiden 2024-2029,” jelas Igor kepada wartawan di Jakarta, pada hari Rabu (13/3).

Igor juga menyoroti pernyataan Prabowo setelah memenangkan pemilihan presiden 2024 bahwa proses demokrasi di Indonesia membutuhkan biaya besar dan melelahkan, namun hal ini harus tetap dijalankan dan kualitasnya perlu ditingkatkan.

“Prabowo memahami bahwa demokrasi di Indonesia membutuhkan biaya yang besar. Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan tegas setelah kepemimpinan Jokowi untuk mengembalikan demokrasi kepada rakyat, bukan kepada pemodal atau pemilik modal,” ujar Igor.

Igor juga menyatakan bahwa ia tidak khawatir dengan kepemimpinan Prabowo-Gibran karena Prabowo sendiri memahami pentingnya adanya check and balances sebagai tokoh nasional yang sudah bertahun-tahun berada di luar pemerintah.

“Ini merupakan faktor penting mengapa Prabowo akan mendengarkan kritik dan menghargai sikap oposisi ketika menjadi pemimpin baru Indonesia,” lanjutnya.

Igor memprediksi bahwa demokrasi di Indonesia akan menjadi lebih baik di bawah kepemimpinan Prabowo-Gibran karena keduanya telah melalui proses demokrasi yang tidak instan dan tidak hanya mengandalkan popularitas semata.

“Prabowo adalah contoh bagaimana membangun partai dari nol, bukan sekadar numpang atau menjadi petugas partai. Prabowo memahami bahwa pilar demokrasi yang penting adalah partai politik,” tambahnya. (SENOPATI)

Source link