Bule Ternyata Hasil Rampok 960 Kg Emas di Jakarta dan Pamer Hartanya

by -43 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Kita sering melihat perilaku orang kaya yang memamerkan kekayaannya atau flexing. Tak jarang perilaku seperti ini berakhir dengan tindakan kriminal. Sejarah membuktikan bahwa flexing bukan hanya terjadi baru-baru ini.

Salah satu kasus flexing paling fenomenal di masa lampau terjadi pada tahun 1946. Saat seorang perempuan Belanda, Carla Wolff, sering memperlihatkan harta yang ternyata diperoleh dari hasil curian di Rumah Gadai Jl. Kramat, Batavia.

Pencurian itu melibatkan jutaan gulden dan 960 Kg emas, sehingga menjadi pencurian terbesar pada awal kemerdekaan.

Carla Wolff bukanlah perempuan Belanda biasa. Dia adalah anggota Organisasi Gerilya Hindia Belanda atau Nederlandsch Indies Guerilla Organisatie (NIGO). Selain itu, dia juga adalah istri simpanan seorang perwira Jepang, Hiroshi Nakamura, dan memiliki dua anak dari hubungan tersebut.

Nama Nakamura pernah disebut dalam karya sejarawan Benedict Anderson berjudul Revolusi Pemuda (2018). Selama masa penjajahan, dia merupakan penasehat politik Jenderal Nishimura, orang nomor satu di militer Jepang selama pertempuran di Asia Tenggara.

Selama menjadi istri simpanan, Carla Wolff menikmati berbagai keistimewaan, termasuk soal harta. Mulai dari tahun 1945-1946, Carla hidup dalam kemewahan. Dia mengklaim lebih kaya daripada Ratu Belanda. Dia sering mengundang tamu dan melayani mereka dengan peralatan makan berbahan emas.

Tidak hanya itu, perhiasan yang dipakainya juga sangat mewah. Bahkan, dia tidur di ranjang yang dilapisi emas.

“Aku akan membuat kasur dari emas!,” kata Carla seperti yang dikutip dari Het Dagblad (17 Juni 1946).

Namun, perilaku flexing Carla menuai kecurigaan dari banyak orang. Mereka bertanya-tanya darimana asal usul kekayaannya. Salah satu teman Carla, bernama Rene Ulrich, heran dan iri terhadap kekayaan Carla. Akhirnya, dia melaporkan kekayaan Carla kepada seorang tentara Belanda Kapten Morton dan tentara Inggris, Sersan Dawson, yang bertugas di Kebon Sirih.

Morton dan Dawson segera bertindak. Mereka mendatangi rumah Carla dan memaksa Carla untuk membuka rahasia harta tersebut.

Singkat cerita, Carla mengakui dan menunjukkan harta curian tersebut. Ternyata harta itu diperoleh dari suaminya, Hiroshi Nakamura. Namun, bukannya melaporkan, Renee, Morton, dan Dawson malah ikut serta dalam mengambil sebagian harta curian tersebut.

Kisah ini kemudian terbongkar, membuat masyarakat menjadi curiga terhadap sikap flexing Carla. Pengadilan Militer Belanda pun segera menangani kasus ini. Seluruh orang yang terlibat dalam perampokan dan penikmat harta tersebut diadili.

Dari pengadilan terungkap bahwa dua perwira Jepang, Kapten Hiroshi Nakamura dan Kolonel Akira Nomura, menjadi pelaku utama dalam perampokan tersebut. Mereka berhasil merampok jutaan gulden uang, ratusan kilogram emas, dan barang berharga lainnya di Jl. Kramat, Batavia, pada bulan Agustus 1945.

Kedua perwira Jepang tersebut berhasil membawa 20-25 koper berisi uang sebesar 10-80 juta gulden. Selain itu, dalam karya Musa Dahlan yang berjudul Rampok (2012), terdapat catatan bahwa mereka juga berhasil merampok 960 Kg emas.

Di pengadilan, Nomura mengaku bahwa pengambilan harta curian dilakukan atas perintahnya dan karena merasa Jepang berhak atas harta tersebut. Namun, selama dua tahun, pengadilan gagal menemukan sisa harta yang belum ditemukan.

Kasus ini kemudian ditutup dengan hukuman berat bagi semua pelaku termasuk Carla. Hingga saat ini, sisa harta curian masih menjadi misteri dan melahirkan legenda tentang Harta Karun Nakamura.

(mfa/sef)