Di Timur Tengah, terdapat tiga agama besar, yaitu Yahudi, Islam, dan Kristen, yang mengatur larangan pengikutnya untuk memakan babi. Namun, pada zaman ribuan tahun yang lalu, babi tidak asing bagi masyarakat Timur Tengah. Sebuah penelitian dari Kiel University, Jerman, menunjukkan bahwa babi pertama kali dijinakkan atau domestikasi di kawasan Mesopotamia sekitar 8.500 Sebelum Masehi. Hewan ini kemudian dibawa ke Eropa untuk dikembangbiakkan. Catatan arkeologi menunjukkan bahwa masyarakat Timur Tengah memelihara babi sebagai sumber makanan antara tahun 5.000-2.000 SM, dengan babi dijadikan sebagai sumber protein utama yang lezat dan bergizi setelah beberapa bulan perawatan. Namun, sekitar tahun 1.000 SM, kebiasaan mengonsumsi babi mulai menurun.
Ada dua pendapat mengenai pergeseran konsumsi masyarakat Jazirah Arab dari babi ke hewan ternak lain. Pendapat pertama disampaikan oleh Antropolog Marvin Harris, yang mengaitkan larangan konsumsi babi dengan keutuhan ekosistem dan budaya Timur Tengah. Dia menyoroti bahwa babi membutuhkan sumber daya yang signifikan, terutama air, yang dapat dimanfaatkan lebih baik oleh manusia. Selain itu, babi juga pemilih dalam makanan, yang sebagian besar juga dikonsumsi oleh manusia. Semua ini menyebabkan masyarakat Arab lebih memilih mengalihkan sumber daya tersebut untuk kebutuhan manusia daripada untuk babi.
Pendapat kedua disampaikan oleh Sejarawan Richard W. Redding, yang menyoroti bahwa kebutuhan air yang besar membuat babi tidak cocok untuk kehidupan nomaden. Dia menekankan bahwa kemunculan ayam sebagai hewan ternak yang lebih mudah dirawat menjadi faktor penting dalam menghilangkan babi dari meja makan masyarakat Arab. Ayam dianggap membutuhkan lebih sedikit air untuk bertahan hidup, memiliki ukuran yang ideal untuk dikonsumsi, serta menghasilkan produk sekunder berupa telur. Dalam konteks ini, masyarakat lebih memilih menghidupi ayam daripada babi sebagai sumber protein utama.
Seiring waktu, babi perlahan kehilangan popularitasnya sebagai hewan ternak dan konsumsi daging babi di kalangan penduduk Arab juga mulai menurun. Meskipun masih ada masyarakat yang mengonsumsi babi sebagai bagian dari budaya kuliner mereka, pergeseran menuju hewan ternak lain, terutama ayam, menjadi lebih dominan. Ini menjelaskan bagaimana peran babi dalam makanan masyarakat Timur Tengah berubah seiring berjalannya waktu.