Saat pagi cerah 6 Agustus 1945 di Hiroshima, suasana tenang terhampar. Aktivitas harian mulai berlangsung sebagaimana biasa, termasuk bagi mahasiswa Indonesia, Sjarif Adil Sagala. Namun, keadaan menjadi kacau balau ketika pesawat tempur AS mulai terlihat di langit. Suara gemuruh diikuti sinar terang terang muncul dengan kekuatan dahsyat, meninggalkan Sagala tertimpa bangunan ambruk. Meski ia selamat, radiasi tinggi yang diterimanya membuatnya dinyatakan kritis dengan sel darah putih di bawah level yang aman. Berkat perawatan dan ketabahannya, Sagala berhasil pulih dan kembali ke Indonesia. Di tanah air, ia memulai usaha sebagai pengusaha dan mendirikan perusahaan mie instan pertama di Indonesia, Supermie. Pengalamannya sebagai hibakusha, atau penyintas ledakan nuklir, memberinya inspirasi untuk terus berjuang dan berkarya.
Warga RI Selamat Ledakan Nuklir, Tubuh Terbakar Angin Panas
