Seiring dengan masa pembayaran biaya sekolah yang semakin dekat, Seger (15) cemas karena dia tidak memiliki cukup uang untuk membayar uang sekolahnya. Untuk mencegah agar tidak dipecat dari SMP-nya, Seger terpaksa mencari cara untuk mengatasi masalah ini. Pada akhirnya, dia memutuskan untuk bekerja sebagai buruh tani di sawah milik orang lain selama liburan sekolah.
Bekerja sebagai buruh tani adalah langkah ekstrem yang diambil Seger guna memastikan dia bisa melunasi biaya SPP yang telah menunggak selama dua bulan. Selama berhari-hari di bawah terik matahari, Seger tanpa lelah menggali tanah dan mengurus sawah di daerah Kediri. Namun, pada suatu hari, keberuntungan berpihak padanya ketika dia menemukan harta karun tidak terduga di tengah sawah.
Harta karun tersebut terdiri dari emas murni yang dihiasi dengan permata dan berlian, dengan relief matahari dan burung garuda yang merupakan simbol Kerajaan Majapahit. Setelah diverifikasi oleh otoritas terkait, harta karun tersebut diyakini berasal dari zaman akhir Kerajaan Majapahit. Karena keberhasilannya menemukan harta karun ini, Seger menjadi terkenal di seluruh Indonesia.
Meskipun nilai harta karun tersebut fantastis, Seger memilih untuk menyerahkannya ke pemerintah dan hanya menerima sejumlah uang sebagai penghargaan. Ia lebih memilih untuk fokus pada pendidikannya dan bersyukur telah mendapatkan beasiswa dari Presiden Soeharto. Bagi Seger, hal terpenting adalah bisa melanjutkan pendidikannya tanpa harus khawatir tentang biaya sekolah yang harus dibayarkan.
Dengan kisahnya yang menarik, Seger menjadi contoh inspiratif bagi banyak orang tentang pentingnya tekad dan kerja keras dalam mencapai impian, meskipun dalam situasi dan kondisi yang sulit.