Penembakan massal 26 wisatawan di wilayah Kashmir, India, pada Rabu (23/4/2025) oleh kelompok bersenjata yang menamakan diri “Perlawanan Kashmir” memicu ketegangan antara India dan Pakistan. Pemerintah India menuduh Perlawanan Kashmir sebagai organisasi militan berbasis di Pakistan, serupa dengan kelompok-kelompok lain seperti Lashkar-e-Taiba dan Hizbul Mujahideen. Di sisi lain, Pakistan membantah tuduhan tersebut. Islamabad menegaskan bahwa dukungannya terhadap Kashmir hanya bersifat moral, politik, dan diplomatik. Ketegangan ini menambah daftar panjang konflik di kawasan tersebut yang sudah lama terjadi. Sejak 1947, Kashmir menjadi sumber perselisihan utama antara India dan Pakistan. Lokasi Kashmir yang subur dan berpotensi menjadi salah satu konflik utama di Asia Selatan. Sejarah Kashmir bermula dari eksistensi Kerajaan Kashmir yang dipimpin oleh Maharaja, tetapi situasi politiknya menjadi tak jelas setelah kemerdekaan India dan pembagian dengan Pakistan pada tahun 1947. Maharaja Kashmir memilih untuk bergabung dengan India, memicu protes dari mayoritas warga Kashmir yang ingin bergabung dengan Pakistan. Perang pun terjadi antara India dan Pakistan, yang akhirnya membuat Kashmir terbagi-bagi di antara kedua negara. India dan Pakistan bergeming dalam perjuangan untuk menguasai Kashmir sepenuhnya karena wilayah ini memiliki potensi ekonomi besar, terutama dalam sektor sumber daya air dan pertanian, termasuk eksportir saffron terbesar di dunia. Permasalahan antara kedua negara makin kompleks ketika keduanya memiliki senjata nuklir, meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut. India dan Pakistan memiliki senjata nuklir yang bisa menyebabkan bencana jika terjadi perang nuklir. Konflik Kashmir menjadi isu penting di Asia Selatan dan menjadi fokus perhatian dunia internasional.
Perang Nuklir Ancam Dunia: Kisah Perseteruan 2 Negara
