Orang Terkaya Arab di Selat Hormuz: Fakta yang Jarang Diketahui

by -29 Views

Selat Hormuz, yang merupakan jalur perdagangan minyak global yang vital, kini tengah diintai oleh ancaman kiamat minyak setelah Iran mengancam akan menutupnya sebagai balasan atas serangan AS terhadap lokasi fasilitas nuklir Iran. Dengan lebar hanya sekitar 33 kilometer, Selat Hormuz menjadi titik penghubung antara Teluk Persia yang kaya minyak dengan seluruh dunia. Selain itu, wilayah ini dikuasai oleh tiga negara: Iran di sisi Utara, Oman dan Uni Emirat Arab di sisi Selatan, sehingga menutup jalur pelayaran di sana dapat memiliki dampak besar bagi umat manusia secara global.

Sebelum menjadi bagian dari tiga negara tersebut, Selat Hormuz memiliki seorang penguasa legendaris, yaitu Raja Shapur II dari Kekaisaran Sasaniyah. Shapur II, dinobatkan menjadi Raja pada tahun 309 Masehi, menjadi raja termuda dalam sejarah dunia. Di bawah kepemimpinannya, Kekaisaran Sasaniyah berkembang menjadi kekuatan besar di kawasan Arab, memperluas kekuasaannya hingga ke Mesopotamia, Armenia, dan pesisir Teluk Persia. Dengan ekspansi wilayah ini, Shapur II berhasil menguasai jalur perdagangan utama antara Timur dan Barat, termasuk bagian dari Jalur Sutra. Selain itu, penguasaan atas Selat Hormuz memberikan kendali pada pelabuhan-pelabuhan penting yang memperkuat fondasi ekonomi kekaisaran.

Dengan sistem perpajakan yang efisien dan penguasaan atas komoditas ekspor dan impor, Shapur II dikenal sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dan terkaya di dunia Arab kuno. Namun, pada tahun 379 Masehi, Shapur II wafat setelah memerintah selama 70 tahun, menjadikannya sebagai raja dengan masa pemerintahan terpanjang dalam sejarah Timur Tengah. Kini, Kekaisaran Sasaniyah menjadi bagian dari sejarah, berganti wujud menjadi Kekhalifahan Islam yang kemudian membentuk Iran modern. CNBC Insight, yang merupakan bagian dari CNBC Indonesia, memberikan ulasan khusus sejarah yang berusaha menjelaskan kondisi masa kini dengan relevansinya pada masa lalu.

Source link