Kepolisian Republik Indonesia (Polri) telah melahirkan banyak sosok inspiratif selama 79 tahun berdiri. Salah satunya adalah Hoegeng Imam Santoso, seorang polisi yang dikenal karena totalitasnya. Pada tahun 1948, Hoegeng bertugas di bidang intelijen selama Agresi Militer Belanda II, meski saat itu polisi tidak menerima gaji dari negara. Hoegeng bahkan menyamar sebagai pelayan restoran untuk melancarkan tugasnya, tetapi tetap menjalankannya dengan dedikasi penuh.
Kisah ini diangkat dalam berbagai sumber, seperti buku “Hoegeng: Oasis Menyegarkan di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa” (2014) dan autobiografi “Hoegeng: Polisi Idaman dan Kenyataan” (1993). Hoegeng merupakan contoh kejujuran dan kesederhanaan, yang terbukti saat dia menolak menerima suap saat bertugas di Medan. Bahkan setelah pensiun, dia masih hidup dengan sederhana dan tidak meminta-minta uang, hanya mengandalkan gaji pensiun dan hasil penjualan lukisan karyanya.
Keteguhan dan integritas Hoegeng telah menginspirasi banyak orang, termasuk mantan anak buahnya yang memberikan mobil dan rumah sebagai tanda penghargaan. Meskipun keadaan finansialnya sempat sulit saat pensiun, Hoegeng tetap teguh pada prinsip hidupnya. Kisahnya memberikan pelajaran berharga tentang kesetiaan, keteguhan, serta kejujuran yang patut dijadikan teladan bagi generasi sekarang.