Pemuda Kalimantan Sukses Menembus Pasar Ekspor dengan Biola Buatan Banjarmasin

by -1730 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Ini adalah kisah Yuli Arzeta, seorang pemuda asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan yang berhasil memasuki pasar ekspor dengan produk biola elektrik berkualitas buatannya sendiri. Saat ini, ia menjadi salah satu dari sedikit eksportir biola asal Indonesia, yang produknya telah menjadi langganan bagi para musisi internasional.

Perjalanannya dimulai sekitar 10 tahun yang lalu, ketika Yuli masih bermain biola di jalanan. Dengan tekad yang kuat, Yuli menghasilkan biola berkualitas menggunakan tangan sendiri. Menurutnya, hal ini sangat penting mengingat dominasi biola impor dari China yang dikenal dengan harga murah dan kualitas rendah.

“Biola buatan saya ini fokus pada kualitas, sehingga harganya memang lebih mahal dibandingkan dengan biola China yang beredar di pasaran,” kata Yuli kepada CNBC Indonesia di acara Trade Expo Indonesia di BSD, Tangerang Selatan (9/10/2024).

Keahliannya dalam menjangkau pasar ini telah membuat produk biola elektrik buatannya sukses di pasar domestik maupun ekspor. Dengan menggunakan kayu-kayu lokal khas Kalimantan dan Sulawesi yang langka dan berkualitas, serta keahlian Yuli yang luar biasa, biola-biolanya telah menjadi penyumbang devisa negara dan sumber ekonomi bagi dirinya sendiri.

“Saat ini saya fokus memproduksi dan mengekspor biola, sekitar 4-5 biola per bulan. Kadang-kadang saya juga masih tampil di panggung,” kata Yuli.

Yuli menjelaskan bahwa harga rata-rata biola elektriknya adalah Rp 3,5 juta per unit dengan merek AEYRA. Selain itu, Yuli juga mengikuti tren pasar dalam hal desain, ornamen, dan modifikasi senar biola sesuai dengan permintaan.

“Pembeli di luar negri mayoritas adalah musisi profesional, itulah sebabnya saya membuat 5 senar dalam satu biola, sementara biola umumnya hanya memiliki 4 senar,” ujarnya.

Yuli adalah seorang individu yang berbakat, ia belajar bermain biola dan membuat biola secara otodidak. Mengingat sulitnya memainkan biola jika dibandingkan dengan alat musik lain, membuat dan memproduksi biola sendiri merupakan prestasi yang luar biasa.

“Selain kualitas kayu, proses pembuatan juga sangat penting, seperti pemanasan kayu agar bisa melengkung. Proses pengeringan kayu juga membutuhkan waktu berbulan-bulan,” ungkapnya.

Saat ini, Yuli menjadi salah satu eksportir unggulan dari Kalimantan Selatan yang mendapat dukungan dari pemerintah setempat untuk berpartisipasi dalam pameran TEI. Ia berharap produk Indonesia semakin dikenal secara global, dan popularitas alat musik biola semakin meningkat.

“Jika ingin belajar bermain biola, jangan mudah menyerah. Saya dulu bahkan membawa biola ke kantor saat bekerja, dan terus melatih kemampuan,” tuturnya dengan penuh semangat.

Apakah ada yang tertarik untuk mengikuti jejak Yuli?

**(hoi/hoi)**