Jakarta, CNBC Indonesia – Masalah konflik Israel-Palestina menimbulkan banyak pembahasan menarik. Mulai dari akar masalah, kehidupan sosial di area konflik, hingga masalah sumber daya alam.
Dalam sejarah dunia, pendudukan suatu wilayah oleh negara lain erat kaitannya dengan motif pengerukan sumber daya alam. Koloni akan mengangkut sumber daya alam untuk kepentingannya sendiri, sementara negara jajahan harus hidup menderita dan tidak merasakan hasil dari pengerukan tersebut.
Apakah hal serupa terjadi dalam kasus Israel-Palestina?
Salah satu sumber daya alam potensial di Palestina adalah sumber daya air. Di Timur Tengah, yang terkenal kering, air adalah sumber kehidupan yang tak ternilai. Palestina memiliki keberuntungan karena memiliki air yang melimpah. Air mudah ditemukan di Palestina dan sungai-sungai jarang kekeringan karena ada siklus musim panas dan hujan yang bergantian. Keberadaan air ini sangat berarti untuk sektor pertanian dan juga sebagai sumber energi listrik.
Namun, sejak pendudukan pertama Israel dilakukan, penduduk Palestina mulai kehilangan kendali atas kepemilikan sumber daya alam, terutama pasokan air. Otoritas Israel secara nyata menyita kepemilikan air rakyat Palestina. Hal ini secara sah melanggar hukum internasional yang melarang pengambilalihan sumber daya wilayah lain demi keuntungan sendiri. Israel juga melarang warga Palestina mengebor air sumur baru, memperdalam sumur, dan mengambil air dari Sungai Yordan. Mereka juga mengontrol dan membatasi lokasi penampungan air hujan di Tepi Barat.
Akibat kebijakan tersebut, ratusan komunitas Palestina tidak memiliki akses terhadap air bersih. Ketika air terakses, kualitasnya sangat buruk. Dampak dari kebijakan ini membuat ekonomi Palestina tidak tumbuh dan sektor pertanian serta industri hancur. Israel memberlakukan bisnis air kepada warga Palestina, dengan mematok harga yang tinggi. Hal ini membuat negara Israel mendapat keuntungan secara ekonomi.
Konflik perebutan air ini terus berlanjut hingga sekarang. Bahkan, Israel telah mengumumkan isolasi total ke wilayah Gaza dengan memutus pasokan makanan, listrik, dan air imbas memanasnya konflik dengan Hamas.
Artikel Selanjutnya:
Orang Terkaya Palestina Turun Gunung Ikut Perang Lawan Israel
(mfa/mfa)
