Jenderal Ini Memilih Pensiun dan Berjualan Ayam Akibat Badai ‘G30S’

by -139 Views

Kisah tragis menimpa Sri Mulyono Herlambang. Jenderal bintang 3 dari Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) yang pernah menjabat Kepala Staf AURI memilih pensiun dan jualan ayam setelah kejadian Gerakan 30 September (G30S) 1965. Bagaimana kisahnya?

Kisahnya dimulai dari gonjang-ganjing yang menimpa AURI setelah terjadi G30S yang menewaskan perwira tinggi Angkatan Darat. Ada dugaan bahwa AURI ikut terlibat dalam kasus tersebut. Sebab, pusat gerakan dan tempat tewasnya para jenderal berada di Lubang Buaya yang dekat dengan markas AURI di Bandara Halim Perdanakusumah. Bahkan, dugaan keterlibatan itu juga diarahkan pada Menteri/Panglima Angkatan Udara, Omar Dhani.

Meski Sukarno sebagai panglima tertinggi sudah membantah, tetap saja tuduhan-tuduhan itu tak mampu menolong AURI. Pamor AURI turun dan petinggi-petingginya diganti. Pada November 1965, Omar Dhani diganti oleh Sri Mulyono Herlambang. Lalu berselang 4 bulan kemudian, Sri juga diganti.

Menurut penelitian, AURI dan petingginya memang tidak terlibat dalam G30S. Salah satu sejarawan, John Rossa, mengungkapkan bahwa pimpinan G30S berada di Halim, tetapi tidak ada bukti kuat mereka bekerjasama dengan petinggi AURI selain Mayor Soejono.

Pada akhirnya, Sri mundur sebagai prajurit AURI pada 1 April 1967 setelah mengabdi selama 17 tahun dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. Saat itu, Sri memutuskan untuk menjalani hidup baru sebagai pedagang ayam agar menghindari dengki dan iri yang mewarnai pergantian rezim.

Awalnya, dia memanfaatkan halaman rumahnya di Jakarta Selatan untuk bereksperimen sebagai peternak ayam. Meskipun saat itu orang Indonesia lebih suka ayam kampung, Sri tetap menekuni bisnis ayam karena itu satu-satunya mata pencahariannya.

Sri memulai bisnis ayam sejak 1967 dan karier bisnisnya terus menanjak. Dia kemudian menjadi direktur PT Daria Poultry Farm. Setelah bertahun-tahun berbisnis ayam, produksi ayam potongnya yang terjual bisa mencapai 750 ekor per minggu. Pada 1980-an, ia dapat meraup pemasukan bersih sekitar Rp 250 ribu dari 5.000 ayam potong. Ini termasuk jumlah yang besar pada masa itu.

Tidak hanya mengembangkan bisnis ayam sendiri, pada tahun 1970-an, Sri juga mengajak rekannya, Bos Sadino, untuk terlibat dalam bisnis ayam. Sri memberikan 50 ekor ayam ras secara gratis sebagai modal pertama Bos Sadino. Ayam-ayam itu kemudian menjadi cikal bakal bisnis Kem Chiks milik Bos Sadino yang mengantarkannya menjadi kaya raya.

Seiring berjalannya waktu, setelah beberapa tahun berbisnis ayam potong, Sri Mulyono Herlambang juga melibatkan diri dalam bisnis di dunia aviasi, seperti berdagang suku cadang, peralatan lapangan terbang, angkutan udara, dan menjadi konsultan penerbangan melalui PT Conavi Aviation Consultant.